"Benar juga ya, coba saya sampaikan pada Pater dahulu supaya kita bisa lewat jalur dalam walau sedikit sempit"
Frater Michel yang tergolong senior di paroki ini pun melapor pada Pater Bernard yang sedang menemani Misdinar membakar arang untuk wiruk.
"Pater, Apakah yakin kita akan arak-arakan melewati jalur depan? Jalurnya becek dan bau bisa-bisa kasula Pater dan Alba kita kotor"
Pater Bernard dengan santai menjawab
"Michel, Apakah bermasalah ketika pakaian liturgi kita kotor toh bisa dicuci esok sebelum tri hari suci dan tidakah engkau tahu dahulu Jubah Yesus kotor berlumuran darah-Nya demi menebus kita?"
Frater bersahut lagi "apakah Pater tidak kasihan dengan umat yang akan melalui jalan itu yang basah dan bau?"
Pater Bernard tak bergeming dan langsung meninggalkan Frater Michel untuk menuju tempat ibadat.
Para umat yang sudah berkumpul dan resah karena jalur yang akan dilalui cukup bermasalah langsung merubah ekspresi mukanya kala Pater Bernard muncul dihadapan mereka dan berkata
"Bapak Ibu hari ini Yesus masuk kota Yerusalem diiringi sorak-sorai dan megah layaknya Raja, namun minggu depan siapa dari antara kita yang berani berdiam di puncak golgota menemani Yesus yang mati di kayu salib? Jangan terfokus pada perarakannya, tetapi pada penghayatan hati Yesus yang menderita dan sengsara diatas Keledai"
Para Umat menanggapi dengan berbagai reaksi dan Perarakan pun dimulai diiringi lagu Yerusalem lihatlah Rajamu mengarak Pater dengan berbagai reaksi ada yang tutup hidung menahan bau, ada yang berusaha kuat-kuat nembak (menahan muntah) dan ada yang fokus mencari jalan menghindari genangan air diaspal.Â
Sampailah pada bait ke tiga tepat sudah sampai dipintu gerbang Gereja. Bunyi bait itu seperti ini "Dan di akhir dunia nanti Kristus Raja Abadi, hadir-Nya yang dinanti wajah bumi berganti" dan "Seluruh alam bernyanyi, bermadah bagi-Nya" dinyanyikan secara gembira memang oleh paduan suara, namun nampak muram wajah Pater Bernard.