Mohon tunggu...
Michael D. Kabatana
Michael D. Kabatana Mohon Tunggu... Relawan - Bekerja sebagai ASN di Sumba Barat Daya. Peduli kepada budaya Sumba dan Kepercayaan Marapu.

Membacalah seperti kupu-kupu, menulislah seperti lebah. (Sumba Barat Daya).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Solutifkah Regulasi tentang Adat untuk Mengentas Masalah Sosial?

9 Juni 2019   16:43 Diperbarui: 10 Juni 2019   16:36 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kampung Adat Prai Ijing di dekat ibu kota Kabupaten Sumba Barat (Dok.istimewa)

Sebenarnya ada banyak nilai-nilai luhur dalam adat dan budaya yang sudah salah dimengerti oleh masyarakat. Akibat globalisasi dan modernisme, budaya dan adat kehilangan tali pengikat pada nilai-nilainya. Sudah begitu pemerintah turut masuk dan mengintervensi secara langsung ranah adat yang membikin adat kehilangan salah satu tali pengikatnya yaitu ikatan spiritual. 

Seharusnya, pemerintah ada di tengah masyarakat kecil melakukan sosialisasi, menjamin berlangsungnya pendidikan yang bermutu, menjaga secara ketat anggaran dalam setiap program untuk kemaslahatan orang banyak agar tidak dikorupsi dan hindari transaksi jual beli proyek yang merugikan masyarakat kecil,  menciptakan balai pelatihan kerja yang mendukung pekerjaan alternatif bagi para peternak dan lain sebagainya.

Di sini, tidak ada maksud untuk mengajak semua orang kembali kepada model lama dan mengaktifkan kembali peran mitos di ranah publik. Bahwasanya globalisasi dan modernisasi mesti ditolak dan adat mesti dikedepankan. Tidak demikian. Maksud dari solusi ini sederhana saja yaitu, seperti apa yang pernah dicetuskan oleh Patrick Geddes (1854 - 1932) seorang perencana kota di skotlandia, pencetus pertama konsep "think globally, act locally", kita mesti berusaha berpikir secara global tetapi sembari tidak meninggalkan budaya dan kearifan lokal yang ada.

Semua orang tentu menginginkan sebuah kehidupan yang bahagia bukan saja para penganut aliran utilitarianisme. Karena itu, memberi kritik terhadap berbagai kebijakan yang menyangkut kepentingan umum adalah bagian dari proses pencarian kebahagiaan. Pelaksana adat tentu menginginkan kehidupan yang bahagia, begitu pula pemerintah juga berharap masyarakatnya keluar dari berbagai masalah sosial agar bisa hidup bahagia.

Masyarakat pelaksana adat dan pemerintah mesti bekerja sama mengentas patologi sosial yang semakin meningkat. Di satu sisi, pemerintah mesti merangkum pelaksana adat sebagai rekan kerja dan bukannya sasaran program. 

Di sisi lain, masyarakat adat mesti lebih inklusif dalam merespon program pemerintah, terbuka kepada pandangan baru serentak tetap menjaga nilai-nilai positif dan kearifan lokal yang terkandung dalam adat dan budaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun