Mohon tunggu...
Miarti Yoga
Miarti Yoga Mohon Tunggu... Penulis - Konsultan Pengasuhan

Mengenal Diri, Mengenal Buah Hati

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Gembira Berlaga

8 Oktober 2023   14:56 Diperbarui: 8 Oktober 2023   15:01 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.istockphoto.com/SeanShot

Selamat mengawali pekan, Ayah Bunda yang dirahmati Allah.

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Mahatma Gandhi mengingatkan kita dalam salah satu kalimat indahnya. "Kekuatan tidak datang dari kemenangan. Ketika kamu mengalami kesulitan dan memutuskan untuk tidak menyerah, itu adalah kekuatan". Lebih teduh lagi, ucapan khalifah kita Sayyidina Umar bin Khaththab juga terabadikan sebagai quote. "Ada kebesaran dalam rasa takut akan Allah SWT, kepuasan dalam beriman kepada Allah SWT, dan kehormatan dalam kerendahan hati". MaashaaAllah tabarakallah.

Tafakur tentang bagaimana semestinya mengelola hati saat berkompetisi. Tentang bagaimana mengelola jiwa untuk bersikap terbuka pada kenyataan yang mengemuka.

Sekadar jujur dalam tutur, tulisan ini terinspirasi dari konteks menemani para siswa saat berlatih untuk sebuah kompetisi futsal. Setiap kali Latihan usai, disampaikan pada mereka dengan penuh kasih sayang bahwa mereka harus mengutamakan adab jauh sebelum membayangkan kemenangan. Mengapa? Karena kita bisa saja menang dan unggul sesuai apa yang diharapkan. Namun bagaimana jadinya ketika kemenangan itu diraih dari hasil menyikut lawan ataupun menyakiti teman, didapat dari lintasan pikiran yang tak bersih, diperoleh dengan cara-cara yang tak tepat. Bahkan akan sangat disayangkan ketika kita berhasil meraih gelar juara, namun ternyata ditolak lingkungan sosial.

Maka -paling tidak-, sambut saja dulu kompetisi itu dengan jiwa yang gembira. Jauhkan pola-pola membolehkan segala cara demi mendapat sebutan juara. Kedepankan saja kesantunan, tinggikan sikap kerja sama, hindari budaya mengomentari, dan fokus pada ikhtiar terbaik yang harus ditempuh.

Terlepas dengan sebuah konteks pertandingan di mana ada di antara tim yang kedapatan memanipulasi pemain. Persisnya, siswa yang nyata-nyata telah lulus dari sebuah institusi, kemudian didaulat sebagai player, hanya karena sebuah langkah instan alias ingin menang tanpa mau "riweuh" berkorban. Kok bisa? Tentu saja bisa. Ketika alam bawah sadar kita bersikeras untuk menang dengan cara yang instan dan meloncati ketentuan, hal demikian bisa dilakukan.

Meski hanya bermula dari konteks fenomena pertandingan di sebuah lapangan futsal, namun hakikatnya ini adalah bagian dari filosofi yang luas bagi kehidupan. Kadang-kadang masih saja ada konteks di mana kita berpikir "Nu penting mah urang meunang", atau "Asal Bapak senang", atau "Supaya kita dipuji orang", atau "Supaya kita dibilang keren", dan motif-motif sejenisnya. Cukupkah kita bertujuankan pujian dan riuh tepuk tangan? Bukankah hakikat dari sebuah pertandingan adalah sebuah medan yang mengajarkan kita tentang mentalitas.

Ayah Bunda yang dirahmati Allah. Yuk dekap anak-anak kita. Yuk berikan mentalitas terbaik pada mereka. Meski hanya dengan sesederhana mengingatkan perihal meluruskan niat. Meluruskan tujuan. Biarkan mereka mengukir masa pertumbuhannya dengan ketangguhan yang indah, dengan latihan sabar yang berulang, dengan kelapangan hati dalam menerima kritikan dan perbaikan. Mempermanis sikap, menggauli tantangan, melatih sensitivitas tentang tepat dan tidak tepat, biarlah menjadi bekal dan asupan bergizi untuk mereka mengraungi dunia social yang lebih luas.

Anakku sayang. Agungkanlah nama Tuhanmu dan cintai dengan sebenar-benar cinta nabimu Muhammas Saw. Sangat jelas bahwa rangkaian teladan itu ada pada Rasulullah Saw. Bahkan tak salah dengan salah satu julukannya yang extraordinary, "Al Quran Berjalan". Selawat ke atas Nabi. Semoga syafaatnya kita dapatkan selamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun