Dalam rangka mengatasi persoalan banjir yang rutin melanda wilayah selatan Bandung, khususnya di Desa Bojongsoang, Telkom University melalui program Pengabdian kepada Masyarakat (Abdimas) menghadirkan inovasi teknologi berupa Inovasi Pompa Air dan deteksi dini banjir terintegrasi IoT Â sebagai solusi Banjir di Desa Bojongsoang. Inisiatif ini bertujuan mempercepat proses surutnya air saat banjir dan mengurangi dampak sosial, ekonomi, serta kerusakan infrastruktur yang selama ini menjadi beban masyarakat.
Desa Bojongsoang memiliki luas wilayah sekitar 395,5 hektar dan dihuni oleh lebih dari 17.000 jiwa. Wilayah ini dikenal sebagai jalur strategis penghubung antar kecamatan dan kota. Namun, posisinya yang berada di Cekungan Bandung serta berdekatan dengan Sungai Citarum membuat desa ini sangat rawan banjir, terutama saat musim hujan. Salah satu wilayah yang paling terdampak adalah RT 03 RW 10. Curah hujan tinggi menyebabkan sungai meluap dan menghasilkan genangan air yang dalam.
Pada kejadian banjir 11 September 2024, tercatat ketinggian air mencapai 30--100 cm dan menyebabkan 696 kepala keluarga terdampak. Fasilitas umum, tempat ibadah, dan jalan raya ikut terendam. Sayangnya, belum ada data pasti mengenai total kerugian yang diderita warga.
Sebelumnya, masyarakat Bojongsoang telah memanfaatkan sistem pemantauan ketinggian air sebagai peringatan dini. Namun, sistem tersebut belum memiliki mekanisme penanganan banjir secara langsung. Berdasarkan kebutuhan tersebut, tim pengabdian masyarakat Telkom University melengkapi sistem tersebut dengan pompa air agar genangan air yang melanda warga dapat segera teratasi. Sistem ini dilengkapi dengan sensor ketinggian air, alat peringatan suara, dan pompa air yang akan aktif ketika ketinggian air melebihi ambang batas tertentu.
Yang menarik, sistem ini juga terhubung dengan aplikasi pada ponsel pintar yang memberikan informasi kondisi banjir secara visual dan notifikasi peringatan kepada warga. Dengan demikian, masyarakat bisa memantau perkembangan air secara real-time dan mengambil tindakan cepat sebelum air meluap ke dalam rumah.
Proses pembangunan sistem ini melalui beberapa tahap, dimulai dari komunikasi awal dengan pihak desa, perencanaan teknis, pemodelan, hingga uji coba sistem dan serah terima kepada mitra. Salah satu pertimbangan teknis penting dalam sistem ini adalah penggunaan pompa berbahan bakar bensin. Ini dipilih agar sistem tetap dapat beroperasi saat terjadi pemadaman listrik akibat banjir. Selain itu, pompa bensin juga mudah dipindahkan ke lokasi genangan yang membutuhkan penanganan cepat.
Pompa air yang digunakan dalam program ini adalah tipe Matrix WP 30 CX, dilengkapi dengan pipa input-output, dengan selang sedot 3 inci, diharapkan dapat mempercepat surutnya genangan air di sekitar rumah warga.
Masyarakat dan aparatur desa turut terlibat aktif dalam pembangunan serta pemanfaatan sistem ini. Desa Bojongsoang menyediakan lahan untuk instalasi, dukungan operasional seperti pasokan listrik (meski pompa utama tidak bergantung pada listrik), serta mengikuti pelatihan penggunaan dan perawatan alat. Partisipasi ini menegaskan adanya komitmen bersama antara institusi pendidikan dan masyarakat dalam menghadirkan solusi konkret bagi bencana lokal.
Selain memberikan solusi teknis terhadap banjir, proyek ini juga menjadi bentuk pemberdayaan masyarakat desa. Desa Bojongsoang dikenal memiliki budaya gotong royong yang kuat, peran aktif lembaga sosial seperti Karang Taruna dan PKK, serta dukungan aparatur desa yang kreatif dalam merancang inovasi. Program ini selaras dengan semangat desa untuk bangkit menghadapi bencana dan menjadi lebih tangguh.
Telkom University dalam program ini tidak hanya membawa teknologi, tetapi juga membangun kolaborasi dan transfer pengetahuan kepada masyarakat. Proyek ini adalah bukti nyata bahwa pengabdian perguruan tinggi kepada masyarakat dapat diwujudkan secara langsung dan berdampak besar. Teknologi yang disesuaikan dengan kebutuhan lokal terbukti mampu menjadi solusi praktis, cepat, dan tepat dalam menghadapi tantangan seperti banjir..
- Kegiatan ini diharapkan menjadi inspirasi bagi desa-desa lain untuk menerapkan pendekatan serupa, memperkuat ketangguhan lokal, serta membangun sistem yang responsif terhadap bencana. Dengan sinergi antara dunia akademik, teknologi, dan partisipasi masyarakat, maka visi membangun desa tangguh bencana bukan hanya impian---tetapi nyata dan bisa dicapai.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI