Mohon tunggu...
mhsantosa
mhsantosa Mohon Tunggu... Penulis - Belajar sepanjang hayat...

Belajar sepanjang hayat...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kembang Api, Tarrr Tarrr…!

31 Desember 2011   04:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:32 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjelang pergantian tahun, banyak acara dengan pernak-perniknya disiapkan. Mulai dari menghias pos kamling, memasang soundsystem, membeli makanan dan minuman, berlibur, dan tak lupa menyiapkan kembang api. Di kampung saya, kembang api sudah mulai ada sekitar sebulan sebelum perayaan malam Tahun Baru 2012 ini. Para pedagang kembang api, serta terompet berjejer di sepanjang jalan utama menjual dagangan yang persis sama. Banyak variasi kembang api yang dijual. Dari yang model berpijar saja – model ini dulunya paling top, telur naga, pecut, dll. sampai yang besar dan panjang. Harganya juga bervariasi, dari mulai murah meriah sekitar ratusan rupiah saja sampai yang spektakuler seharga jutaan rupiah. Saking banyaknya yang menyediakan – yang katanya dengan dilengkapi surat ijin menjual dari distributornya – hampir setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk mampu menyalakan kembang api pada malam menjelang dan saat Tahun Baru. Jika tahun-tahun sebelumnya, masyarakat akan berkumpul di alun-alun kampung saya untuk menunggu pesta kembang api dari aparat dinas saja, sekarang bisa dilihat bahwa semua orang akan membawa kembang api masing-masing dan menyalakannya, bahkan sebelum jam pergantian tahun. Yang menarik adalah ketika semakin banyak orang yang bisa memiliki kesempatan sama membeli kembang api – karena ketersediaan dan kemampuan membeli – banyak malam-malam menjelang Tahun Baru mulai dihiasi oleh pijaran kembang api. Cantik, namun mengganggu dalam pandangan saya. Mengganggu karena tidak dilakukan dengan tepat. Kadang orang-orang menyalakan kembang api pada siang hari. Jelas tidak tepat, karena pijarnya tidak akan kelihatan dan suaranya yang rancu dengan suara petasan. Jika dinyalakan pada malam hari memang akan banyak ada pijaran indah di langit malam. Namun, justru jenis kembang api yang banyak pijar dan variasi ini bersuara lebih keras. Diawali desing dan kemudian mirip ledakan. Tarrr tarrr…! Bisa sampai lima kali minimal berbunyi keras. Seru dan asik, namun kalau dilakukan pada jam tidur, apalagi bukan pada malam Tahun Baru, rasanya cukup mengganggu. Karena orang-orang pada umumnya mulai memiliki kesempatan membeli kembang api, bisa dibayangkan nanti, khususnya di kampung saya, orang-orang nanti bisa saja sudah akan mulai ramai menyalakan kembang api dari jam 8 malam, bukan menunggu-nunggu kembang api spektakuler oleh dinas terkait jam 12 malam sebagai penanda pergantian tahun. Jika dibandingkan, perayaan Tahun Baru di beberapa tempat lain yang pernah saya ikuti sangat spesial. Di kampung lain misalnya, perayaan memang terpusat di alun-alun. Orang-orang berbondong-bondong datang. Selalu ada dua kali perayaan dengan menyalakan kembang api. Kali pertama adalah setiap jam 9 malam, di sebelah timur pusat kampung yang berisi komidi putar. Para orang tua dan anak-anak biasanya menunggu momen ini karena umumnya anak-anak kecil tidak disarankan begadang. Meski lebih kecil dari perayaan pergantian tahun 3 jam setelahnya, kembang api yang dinyalakan cukup megah dan menarik. Setelahnya, para orang tua dan anak-anak sebagian besar mulai pulang. Setelahnya, jam 12 malam, orang-orang akan sangat menanti-nantikan perayaan kembang api yang jauh lebih spektakuler, biasanya dengan mengambil tempat-tempat tinggi dan kembang api dinyalakan bersambungan satu sama lain. Indah. Dan yang paling penting, tidak ada yang membawa apalagi menyalakan kembang api sendiri, terutama yang mengeluarkan suara keras. Semua fokus menikmati, semua menunggu momen spesial pergantian tahun. Semoga, semua juga berdoa yang lebih baik di tahun selanjutnya, bukan hanya melewati malam Tahun Baru dan melupakannya. Selamat Tahun Baru 2012! Sumber gambar

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun