Mohon tunggu...
MOH.HARIYADI
MOH.HARIYADI Mohon Tunggu... -

GURU SMA TUNAS LUHUR PAITON

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dulu Guruku Sekarangpun Tetap Guruku

10 Juni 2015   14:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:08 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

 

 

Pada  tahun 2007 saya lulus di S1. Saya langsung pulang ke kampung kelahiran di desa wonosobo di kabupaten banyuwangi. Pada waktu itu saya berumur 25tahun. Biasalah setelah lulus ngajukan lamaran di berbagai tempat baik negeri maupun swasta bahkah ke perguruan tinggi. Pada suatu hari saya di panggil oleh salah satu perguruan tinggi swasta di banyuwangi tepatnya di STAI Ibhahimy genteng namanya dan saya diterima disana untuk mengampu mata kuliah Statistik pendidikan dan Matematika dasar.

pada waktu itu awal pertama kali saya masuk saya datang ke kampus tersebut, kemudian menuju ke ruang kelas S1 PGMI karena bel masuk kelas sudah berbunyi, ada 2 perempuan yang satunya kira2 umur 40 dan satunya umur 20an yang kira-kira baru lulus SMA ada didekat pintu kelas. Saya masuk kelas, saya lihat di kelas kosong dan saya langsung menaruh tas dan beberapa buku refernsi di meja depan. Saya lihat kondisi ruangan yang sepi itu beberapa menit saya di dalam. Kemudian saya keluar saya lihat agak banyak orang yang di luar, saya langsung tanya: " pak/Ibu kok tidak masuk?" Dan salah satu dari 2 orang tadi jawab:" lho, bapak siapa, apa dosen kami! ". Saya jawab:" Ƴɑ̤̥̈̊ªªªª betull, sekarang mata kuliah statistik pendidikan, bukan? Monggo silahkan masuk". Saya masuk dan semua yang ada di luar itu masuk ke dalam ruangan.

Langsung mata kuliah itu saya buka dengan salam, kemudian biasalah appersepsi dulu dan motivasi awal bertemu walaupun hampir 70% orang yang ada di depan saya lebih dewasa/tua dari saya. Bahkan ada yang seumuran dengan kedua orang tua saya Kalo di lihat dari wajah dan perawakan umurnya, karena sebagian dari mereka ada yang sudah menjadi guru baik PNS maupun swasta. Dia ambil kuliah ini karena mengejar S1 saja yang awalnya cuma D2 PGMI dan langsung mengajar. Dan sebagian lagi memang murni kuliah S1 PGMI.
Tibalah waktu untuk perkenalan, saya pegang presensi didepan dan memanggil satu persatu biar mengetahui orangnya. Jumlah mahasiswa hanya 30 orang yang ternyata 21 orang sudah menjadi guru dan 9 orang murni atau baru lulus SMA untuk mengambil S1 PGMI.
Dalam perkenalan lancar sampai saya memanggil lebih dari sebagian, tiba-tiba ada yang angkat tangan dan langsung bilang orangnya pas di depan saya berdiri:" maaf pak kami tidak tau kalo bapak yang mengampu mata kuliah ini !, kami kira sama-sama teman yang datang duluan kan bapak masih muda ". Saya bilang ;" ah, gak apa-apa bu, dah biasa gitu bu". Dan saya lanjutkan perkenalan sampai semua mahasiswa terpanggil. Tiba saatnya saya yang memperkenalkan diri saya, nama, alamat, asal perguruan tinggi dan mata kuliah apa saja yang ampu/ pegang, kemudian ada yang yletuk tiba-tiba:" status bapak masih single tidak?". Dan semua langsung bilang ; "huuuu". Dan seketika keadaan ruang gaduh, ramai seketika. Saya diam sejenak kemudian keadaan agak sunyi lagi. Saya jawab:" masih single, tapi sudah punya calon di luar kota". Ada diantara mereka yang nyletuk:" masih belum nikah lho". Dan seketika keadaan rame lagi beberapa detik.
Saya duduk di meja dan diam, menunggu beberapa saat sambil nunggu keadaan tidak gaduh lagi.
Ketika saya duduk ada perempuan yang sudah lumayan tua kira2 umurnya 45 bicara:" santai aja mas, biasa kalo mereka bertemu dosen muda pasti gitu". Saya jawab:" inggih bu tidak apa-apa, sudah biasa" . Ibu itu tanya lagi:" mas itu rumahnya yang disana..., anaknya bapak..., dan ibu mas adalah ...dan juga panggilan kamu dulu yadik,ya ?". Dan saya juga langsung menjawab:" Ya, ibu kenapa, ibu kok tau lengkap saya''. Dia bilang lagi:" lho, kamu dulu itu siswa saya, di MI Miftahul Huda, nama ibu ROMELAH, masih ingat tidak yang pernah mengajar kamu di kelas 4 da 5 dulu". Saya langsung mengingat memory saya ketika di MI ternyata benar bahwa orang yang ada di depan saya pas duduk ini ada guru saya di MI Miftahul huda yang pernah memberi ilmu yang tidak mungkin saya lupakan seumur hidup saya walapun secara tempat berbeda sekarang saya dosen dan dia mahasiswa saya tapi  dia adalah tetap sosok yang pernah memberi ilmu pada diri kita sehingga kita bisa seperti ini. Ketika itu semua badan saya merinding terharu dan mata saya berkaca-kaca melihat orang yang ada pas di depan saya ini.
Saya langsung jawab:" Ya, saya ingat berarti ibu ini ibu Romelah guru MI saya". Dia langsung berdiri spontan dan sambil melihat ke kanan dan ke kiri sambil mengatakan: " Teman-teman ternyata Mas/ dosen yang ada di depan kita ini adalah dulunya siswa saya di MI miftahul huda, sekarang dunia terbalik ya, dulu saya yang mengajar sekarang di ada didepan saya memberikan ilmu pada kita semua, subhanallah". Saya langsung berdiri juga, dan saya menjawab:" Benar, ini adalah guru saya di MI Miftahul huda wonosobo 2 tepatnya, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada ibu yang telah memberikan ilmu sehingga saya bisa seperti ini, tanpa ibu romelah dan MI saya tidak mungkin seperti ini, dan saya mohon maaf bu kalo siswa ibu sekarang di depan lancang atau kurang berkenan, ibu romelah adalah ibu guru saya dan tetap guru saya sampai kapanpun". Semua mahasiswa diam dan tercengang kayak terhipnotis apa gitu, kejadian pertemuan antara guru dan siswanya yang sekian lama tidak bertemu selama 14 tahun kurang lebih. Dan waktu bertemu dulu guru/dosen sekarang mahasiswanya atau dulu siswanya sekarang adalah dosennya. Sampai waktu berjalan sampai habis kami gunakan untuk perkenalan awal dan membicarakan teknik belajar matakuliah statistik pendidikan itu.
Sampai sekarang saya dengan guru saya itu tetap komunikasi walau kami sekarang beda kabupaten, karena saya pindah ke kabupaten lain, kami tiap tahun juga bertemu waktu lebaran karena waktu lebaran saya usahakan untuk kesana, bahkan dengan keluarga saya menjadi keluarga yang baik, kalo saya ke guruku itu keluarga saya ikut juga atau sebaliknya kadang ibu guru saya itu bersama keluarganya juga ke rumah keluarga saya.
Kesimpulannya, siapapun dia, guru kita ketika waktu kecil hingga sekarang adalah tetap guru kita, tidak ada mantan guru yang ada adalah guru yang pernah memberikan ilmu pada diri kita, walapun dunia berbeda kita harus tetap menghormati dan menghargai guru kita selayaknya kedua orang tua kita. Semangat untuk ibu Guruku ROMELAH,S.Pd walau sudah lama mengajar tetap semangat mengajar tanpa kenal lelah. Untuk mencetak generasi bangsa yang berpendidikan dan bermartabat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun