Mohon tunggu...
Muhammad HaritsZhafran
Muhammad HaritsZhafran Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Proses

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tradisi Masyarakat Suku Sunda, Munggahan

10 Mei 2020   19:02 Diperbarui: 10 Mei 2020   19:02 1673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bulan ramadhan telah tiba! Bulan Ramadhan adalah bulan dimana umat islam di seluruh dunia yang sudah akil baligh untuk melaksanakan ibadah puasa baik bagi laki-laki atau perempuan. Puasa pada bulan Ramadhan biasanya berlangsung selama satu bulan, bergantung pada keputusan pemerintah yang berdasarkan penglihatan hilal atau penglihatan bulan untuk memastikan memasuki bulan yang baru. 

Umat islam pun berbahagia menyambut bulan suci ramadhan, karena ibadah pada bulan puasa ramadhan hanya berlangsung selama selsetahun sekali saja. Maka, umat islam ingin memaksimalkan ibadah pada bulan ini. Karena ibadah pada bulan suci Ramadhan diberi ganjaran pahala yang berlebih dibanding ibadah pada bulan-bulan lainnya.

Di Indonesia sendiri, berbagai daerah memiliki berbagai tradisi untuk menyambut bulan suci Ramadhan, biasanya masyarakat Indonesia merayakan kedatangan bulan suci ini dengan berkumpul dengan sanak saudara atau dengan teman-teman mereka. Tak terkecuali di daerah saya tinggal, Ciamis. 

Sejatinya Ciamis terletak di Provinsi Jawa barat, berbatasan dengan kabupaten Majalengka dan kuningan di sebelah utara, kabupaten Cilacap (jawa Tengah) dan kota Banjar di sebelah timur, kabupaten Pangandaran di selatan, serta  kota Tasikmalaya dan kabupaten Tasikmalaya di sebelah barat. Dalam menyambut bulan suci Ramadhan, masyarakat Ciamis memiliki kebiasaan untuk berkumpul dan makan bersama, yang dikenal dengan tradisi “Munggahan”.

 Menurut Wikipedia, Munggahan adalah tradisi masyarakat Islam suku sunda untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan yang dilakukan pada akhir bulan Sya’ban (satu atau dua hari menjelang bulan Ramadhan). Bentuk pelaksanaannya bervariasi, umumnya suku sunda merayakannya dengan  berkumpul bersama keluarga atau teman-teman, saling bermaafan, dan berdoa bersama. 

Selain itu, ada pula yang mengunjungi makam orang tua atau orang saleh atau mengamalkan sedekah munggah (sedekah pada sehari menjelang bulan puasa). Munggahan sendiri berasal dari Bahasa Sunda yang berarti naik, yang bermakna naik ke bulan suci atau tinggi derajatnya. Tradisi Munggahan dimaksudkan sebagai rasa syukur kepada Allah Swt. Untuk membersihkan diri dari hal-hal yang buruk selama setahun sebelumnya dan agar terhindar dari perbuatan yang tidak baik selama menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan.

Dalam merayakan tradisi munggahan, masyarakat Ciamis lebih suka berkumpul dengan keluarga ataupun teman-teman mereka dengan makan bersama. Dalam makan bersama ini, biasanya menu yang tersaji adalah nasi liwet, tahu dan tempe goreng, ikan atau ayam bakar, dan yang tak kalah penting adalah sambal yang menjadi pelengkap dalam menu makanan kali ini, tergantung pada kesepakatan suatu perkumpulan atau kelompok mereka sendiri. 

Mereka bisa memilih menu lain, seperti bakso, mi ayam atau apapun itu. Sambil menyantap makanan bersama, masyarakat Ciamis juga akan berbincang-bincang mengenai diri mereka, apa yang mereka alami atau rasakan, juga pasti harapan kedepannya. Mereka yang bekerja di luar kota, biasanya akan pulang terlebih dahulu untuk melakukan munggahan, sekedar bertemu dengan sanak keluarga dan teman-teman dan tentunya saling bermaafan.

Tetapi, pada bulan Ramadhan tahun 2020 ini, tradisi munggahan pun banyak tidak dirayakan oleh masyarakat sunda. Ya, seiring dengan mewabahnya virus Covid-19 di Indonesia, khusunya daerah Jawa Barat yang memilik kasus positif Covid-19 yang terbilang cukup banyak dan  terus bertambah hingga hari ini. 

Mereka pun mengurungkan tradisi yang sudah berjalan sejak lama. Seusai dengan anjuran dari pemerintah, bahwa segala suatu kegiatan yang menyangkut banyak orang, ada baiknya ditiadakan. Hal ini dimaksudkan untuk menghambat penyebaran virus Covid-19 yang kian mewabah di Indonesia. Banyak masyarakat yang merasakan kekurangan dalam menyambut bulan puasa tahun ini. Namun, mereka merelakan tradisi ini demi menghambat penyebaran virus Covid-19.

Memang, untuk sementara waktu, tradisi munggahan di masyarakat sunda tidak dapat terlaksana. Namun, tradisi munggahan tidak harus dirayakan dalam satu tempat. Yang terpenting adalah rasa syukur kepada Allah Swt. Dan tentunya adalah kebersamaan dan kekeluargaan. Tak sedikit dari masyarakat Indonesia yang kehilangan pekerjaannya, bahkan ada yang kehilangan anggota keluarganya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun