Mohon tunggu...
Rahmah Chemist
Rahmah Chemist Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger - Product Photographer

Simple, challenge, suka nulis and fun. Temui saya di dunia maya... Blog: http://chemistrahmah.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Artikel Utama

Rezeki Itu Pasti, Kemuliaan yang Dicari

23 Maret 2024   13:12 Diperbarui: 8 April 2024   01:01 1274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Memberi rezeki. (Sumber: KOMPAS/CAHYO HERYUNANTO)

Rezeki itu tahu di mana kita berada. Kita lah yang tak pernah tahu lewat jalur mana Allah memberikannya. Harusnya jika sudah yakin seperti itu, kekhawatiran "besok makan apa" harusnya sudah tidak pernah terucapkan lagi di bibir kita. 

Namun, terkadang godaan dunia sangatlah melenakan. Semua dipoles dengan indah bahkan semuanya seolah layak untuk diperjuangkan. 

Padahal, semua manusia yang Allah ciptakan sudah punya takarannya masing-masing. Tinggal berusaha terbaik  dan menjadikan dunia ini sebagai tempat persinggahan semata. 

Ya, persinggahan yang jika memang ada rintangan harusnya minta sama Allah solusinya. Bukan kemudian bergantung pada selainNya apalagi menganggapnya sebagai sebuah kebetulan atau keberuntungan. 

Dunia memang tempat bercocok tanam. Semua dilakukan dengan tujuan bisa produktif menghasilkan tak hanya karya tetap juga peluang cuan. 


Namun, apakah kemudian upaya yang dilakukan tersebut benar-benar sesuai kehendakNya? Atau kita menabrak beberapa norma yang harusnya sudah jelas menjadi alasan Allah menangguhkan rezeki dariNya? 

Allah tidak pelit. Tidak sama sekali. Dari sifat namanya yang Maha Pemberi Rezeki tentu tidak ada keraguan sama sekali. Namun, realitanya justru menjauh dari apa yang sudah ditetapkanNya. 

Bekerja sebagai Bentuk Menanti Waktu Ibadah

Tidak banyak yang sepakat dengan kalimat tersebut. Padahal dalam lubuk hati semua manusia beriman sangat yakin bahwa memang dunia ini hanya tempat singgah, tempat untuk beribadah. 

Kalau pun ada kenikmatan dunia di dalamnya, itu Allah berikan pun bukan cuma-cuma. Selalu adan tujuan tersirat yang harus dihubungkan dengan tugas kita sebagai hamba. 

Ada yang diberi kekayaan semata-mata bukan karena bekerja dari pagi hingga malam. Keberkahan dari bekerja itulah yang Allah ganti dengan nikmat dunia yang seringkali membuat iri sebagian manusia lain. 

Ada juga yang diberi kemiskinan bukan karena Allah benci sehingga terus-menerus menguji. Keberkahan dari sabar dan keyakinan bahwa sanggup memikulnya karena datang dari Allah, itu yang membuat tenang meski kasat mata kekurangan. 

Semuanya punya nilai masing-masing di mata Allah. Cukuplah DIA sebagai penentu yang diinginkan demi kebaikan hamba-hambaNya. 

Saya masih ingat jelas pernah dinasihati oleh salah satu guru SMA yang kini sudah berstatus almarhum. Beliau berkata:

"Bekerja menjadi dosen, guru, dokter atau apa pun, itu cuma untuk mengisi waktu sambil menunggu waktu salat masuk. Bahkan gaji yang diperoleh itu untuk kembali diserahkan dalam bentuk sedekah dan zakat. Sebab semuanya sejatinya bukan milik kita. Yang kembali pada kita adalah keberkahan dari semua itu." 

Dok.Pri by AI
Dok.Pri by AI

Dan kondisi dunia saat ini justru seolah tak ada lagi yang mampu menggaungkan pesan tersebut. Sibuk meniti karir demi pengakuan manusia. 

Menghabiskan waktu belajar ilmu-ilmu dunia tetapi lupa membenarkan bacaan Al Qur'an dan masih banyak lagi aktivitas dunia yang melenakan yang harusnya tidak mengganggu ibadah.

Bukankah tujuan utama kita diciptakan tidak lain adalah untuk beribadah kepada Allah sebagaimana firmanNya: 

"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku." QS. Adz Dzaariyat: 56

Ibu Produktif, Jangan Lupa Kemuliaanmu

Nah, saya pun kemudian ingat dengan banyaknya gerakan perempuan saat ini yang katanya ingin lebih produktif meski sudah bersuami dan punya anak. Banyak yang ingin berkarir di luar rumah untuk pencapaian yang tidak kalah dengan kaum laki-laki. 

Apakah ini boleh? 

Semua kembali pada diri masing-masing. Jika kemudian setiap aktivitas atau gerakan di luar rumah yang dikerjakan makin menambah ketaatan padaNya, maka lakukan dan ajak perempuan lain di luar sana untuk ikut serta.

Namun, ketika membuat lalai tanggung jawab sebagai istri dan ibu, maka tinggalkanlah. 

Sebesar apa pun nilai rupiah atau materi dari kegiatan tersebut tetapi melalaikan kewajiban dengan status yang diemban sekarang, maka percuma. 

Rezeki dariNya tidak hanya dari yang kita kerjakan tersebut dan bukan menjadi kepastian dari hal tersebut. Tetapi, Allah-lah yang memberinya dari jalan yang dikehendakiNya. 

Tidak ada satu pun hamba yang bisa mengetahui dari arah mana rezekinya akan mendatangi. Tetaplah menjaga perilakui sebab pendapatan yang masuk di rumah kita bukan karena semata-mata kita mampu melakukan apa saja yang mendatangkan cuan.

Bukankah banyak di luar sana yang sudah usaha sekeras mungkin tapi tetap tak membuahkan hasil? Maka kembali dan jaga kemuliaan diri agar tidak hina di mata Allah atau di mata manusia. 

Pertanyaan paling penting yang harus kita siapkan sekarang adalah 

  • Dari mana Saja?
  • Dialokasikan Ke mana Saja?

Jika selama ini setiap tindakan kita diniatkan ibadah bahkan selalu mendahulukan, maka tidak akan ada kesulitan Allah membantu jawabannya kelak saat tak ada satu pun yang bisa bersaksi lagi. 

*** 

Well, tulisan ini juga jadi self-reminder buat saya karena terkadang di depan mata ada calon rezeki yang sudah melambai untuk dijemput. Namun, bersamaan dengan itu harus menunaikan ibadah yang jika tertinggal tidak akan bisa terulang. Lalu, jika sudah demikian apakah akan memilih yang mana? 

Semoga Allah senantiasa meneguhkan hati untuk tetap menjaga kemuliaan diri di hadapanNya daripada hanya mulia di mata manusia saja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun