Nangis. Ini reaksi ketika pertama kalinya nonton film religi di bioskop. Waktu itu ada acara di tempat kerja di mana seluruh karyawan sepakat nonton film yang baru saja rilis. Akhirnya berangkat ke bioskop tanpa ada ekspektasi apa-apa sebelumnya. Namun, satu yang pasti bahwa film yang kami tonton itu diadaptasi dari sebuah novel karangan penulis ternama.
Opini pun mulai terdengar di telinga. Saya yang mendengarnya hanya bisa diam dan berusaha tenang. Tidak ingin banyak berkomentar pada sesuatu yang belum saya lihat, pikirku dulu begitu. Hingga kemudian jam nonton sudah tiba, jadilah mencari tempat duduk sesuai tiket yang dibeli.Â
Nyaris hampir selesai, tangan saya masih tetap di tempatnya. Tidak bermain hape apalagi ngobrol karena saya masih serius memerhatikan film hingga pipi saya basah tanpa terasa. Dentuman musik yang keras sepertinya makin membuat air mata saya kian tumpah. Namun, saya tetap berusaha diam dan menikmati.Â
Film Religi yang Bagus Itu...Â
Akhirnya, setelah melakukan aktivitas serupa beberapa kali, nonton film religi, saya pun memberikan opini mengenai film seperti apa yang bagus, yaitu:
Tetap Ada Batasan Antar PemainÂ
Memang terkadang ada peran suami isteri dari film religi yang kita tonton. Namun, mungkin terlupa kalau adegan tetap harus punya batasan supaya menjadi contoh siapa pun yang melihat. Tidak perlu ada adegan yang terlalu dekat atau intim karena meski itu film, tetap saja dalam acting pemainnya bersentuhan.Â
Nah, sebaiknya mencari adegan-adegan yang tidak terlalu menunjukkan adegan pasangan suami istri. Nasib baik jika pemainnya benar suami isteri di dalam kehidupan nyata, bagaimana kalau tidak? Banyak masalah baru yang akan timbul.Â
Kisahnya Disarikan dari Kitab Suci atau Sejarah Islam Terdahulu
Eits, jangan dibantah dulu. Maksudnya di sini bahwa produser dan sutradara saling bekerja sama untuk mencari tahu kisah religi yang bisa diangkat lewat film. Kisah yang bisa diangkat banyak sekali. Tidak perlu ada adegan yang dalam Islam sudah sangat jauh dari kehidupan Islami. Tinggal berusaha dan mencari dari berbagai sumber pasti ketemu.Â
Tidak Frontal dalam Menyampaikan KebaikanÂ
Islam memang diperjuangkan bahkan dengan perang. Namun, tidak perlu juga harus selalu menggambarkan Islam dengan perang atau kekerasan. Apalagi saat ini, menyampaikan kebaikan sangat perlu hati-hati. Berlebihan sedikit saja sudah dianggap melenceng jauh. Untuk itu, pelan-pelan dalam memberikan petuah semangat dan motivasi agar semua merasa nyaman.
Bukankah dakwah yang lemah lembut juga dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam, bukan?Â
Sentuh Penonton dengan Quote Sederhana tetapi Maknanya Dalam
Lewat tulisan-tulisan yang dikemas lucu, menarik dan indah, sisipan kebaikan dalam sebuah film bisa disampaikan. Tidak perlu panjang atau mendayu-dayu. Lewat percakapan antara pemain saja pun bisa. Bahkan dengan cara seperti ini justru lebih cepat melekat di hati dan pikiran yang menonton.Â