Mohon tunggu...
M FARIZ IQBAL
M FARIZ IQBAL Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Jambi

Saya adalah seorang mahasiswa Universitas Jambi yang sedang menempuh studi di Program Studi Ilmu Hukum. Saya memiliki ketertarikan besar terhadap bidang hukum, terutama dalam aspek penegakan keadilan, hak asasi manusia, serta sistem peradilan di Indonesia. Selama perkuliahan, saya berupaya untuk mengembangkan kemampuan analisis hukum, berpikir kritis, dan argumentasi logis sebagai bekal untuk berkontribusi dalam dunia hukum di masa depan. Saya juga berkomitmen untuk terus belajar, beradaptasi, dan berperan aktif dalam kegiatan akademik maupun organisasi kemahasiswaan guna memperluas wawasan serta membangun karakter yang profesional dan berintegritas.

Selanjutnya

Tutup

Hukum

demo anarkis jambi

16 Oktober 2025   14:45 Diperbarui: 16 Oktober 2025   14:47 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hukum. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Fenomena demo mendesak di Jambi akhir-akhir ini menjadi perhatian serius bagi kita semua. Aksi-aksi unjuk rasa yang seharusnya menjadi wadah penyampaian aspirasi justru sering berujung pada tindakan anarkis. Saya memandang bahwa demonstrasi adalah hak rakyat yang dijamin konstitusi, namun kebebasan tersebut harus disertai dengan tanggung jawab moral. Ketika emosi menguasai, substansi tuntutan menjadi kabur dan justru merugikan masyarakat luas, terutama ketika fasilitas umum dirusak atau aktivitas warga terganggu.

Dampak dari kondisi ini tidak hanya dirasakan dalam aspek sosial, tetapi juga ekonomi. Ketidakstabilan yang muncul akibat demonstrasi anarkis menimbulkan kekhawatiran bagi pelaku usaha dan investor. Mereka tentu mempertimbangkan faktor keamanan sebelum menanamkan modal di suatu daerah. Jika situasi Jambi terus diwarnai aksi-aksi yang tidak tertib, bukan tidak mungkin investasi akan menurun, padahal investasi adalah salah satu kunci dalam mempercepat pembangunan dan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat.

Menurut saya, perlu ada upaya bersama untuk menekan potensi konflik sosial melalui apa yang disebut sebagai rem sosial. Rem sosial ini bersumber dari kearifan lokal masyarakat Jambi yang menjunjung tinggi nilai-nilai adat, kesopanan, dan musyawarah. Pepatah-pepatah Melayu Jambi seperti “duduk samo rendah, tegak samo tinggi” mengajarkan kita pentingnya kesetaraan dan kebersamaan dalam menyelesaikan perbedaan. Dengan menghidupkan kembali nilai-nilai ini, aspirasi masyarakat dapat disampaikan dengan damai tanpa harus menimbulkan kerusuhan atau perpecahan.

Saya meyakini bahwa menjaga keseimbangan antara kebebasan berpendapat dan ketertiban umum adalah tanggung jawab kita bersama. Pemerintah daerah, aparat, tokoh masyarakat, dan warga harus bersinergi untuk menciptakan ruang dialog yang terbuka dan sehat. Demonstrasi tetap boleh dilakukan, tetapi dengan cara yang santun, terukur, dan beretika. Jika semangat persaudaraan dan nilai budaya dijadikan pedoman, Jambi dapat menjadi contoh daerah yang mampu menyalurkan aspirasi rakyat secara bermartabat tanpa mengorbankan stabilitas dan kemajuan daerah

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun