Mohon tunggu...
Muhamad Fakkarz
Muhamad Fakkarz Mohon Tunggu... Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga (NIM 24107030138)

mendaki

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Berburu Sunrise dan Bunga Daisy di Sabana Gunung Prau

8 Mei 2025   12:49 Diperbarui: 8 Mei 2025   13:15 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto berbaring di sabana (sumber:dokumentasi pribadi)

Gunung Prau, dengan ketinggian 2.565 mdpl, selalu menyimpan daya tarik bagi para pendaki. Setelah sebelumnya pernah mendaki gunung ini bersama teman-teman pecinta alam, kali ini saya kembali mendaki Gunung Prau untuk kedua kalinya. Namun, pendakian kali ini berbeda karena saya hanya ditemani satu orang teman.

Perjalanan dimulai dari rumah usai salat magrib. Saya dan teman mempersiapkan segala perlengkapan sebelum berangkat, memastikan logistik, air minum, serta perlengkapan pendakian lainnya sudah siap. Kami memutuskan membeli beberapa keperluan tambahan dalam perjalanan menuju basecamp Gunung Prau via Patak Banteng.

Alasan saya memilih jalur Patak Banteng lagi karena jalur ini relatif paling pendek dibandingkan dengan jalur lain, dan pemandangan di sepanjang trek begitu menawan. Setibanya di basecamp sekitar pukul 9 malam, rasa lelah mulai terasa setelah menempuh perjalanan panjang. Tanpa berpikir panjang, kami segera beristirahat agar tenaga cukup untuk mendaki nanti.

Alarm berbunyi sekitar pukul 3 pagi. Saya terbangun, lalu segera membangunkan teman saya untuk bersiap. Suasana basecamp masih tenang, hanya terdengar beberapa suara pendaki lain yang juga bersiap menuju puncak. Kami mengisi ulang air minum dan melakukan pemanasan singkat sebelum mulai mendaki sekitar pukul setengah 4 pagi. Tujuan kami adalah mengejar sunrise di Sunrise Camp.

Berbeda dengan beberapa pendaki lain yang memilih naik ojek untuk menghemat waktu, kami memutuskan berjalan kaki dari basecamp. Selain untuk menghemat anggaran, berjalan kaki juga membantu memanaskan tubuh sebelum mendaki lebih tinggi. Dari basecamp menuju Pos 1 hanya memakan waktu sekitar 15 menit. Jalurnya cukup menanjak, namun masih dapat dilalui dengan langkah stabil. Kami berhenti sejenak untuk mengatur napas dan memeriksa perlengkapan.

Perjalanan dari Pos 1 ke Pos 2 cukup singkat, hanya sekitar 20 menit. Di Pos 2, kami bertemu beberapa pendaki lain yang juga mengejar sunrise. Kami duduk bersama sambil menikmati roti dan berbincang ringan tentang pengalaman pendakian masing-masing. Tidak lama kemudian, kami melanjutkan perjalanan.

Di tengah perjalanan menuju Pos 3, kami menemukan sumber mata air yang segar. Air gunung selalu memiliki rasa yang khas dingin dan menyegarkan. Kami mengisi botol dan meminum langsung beberapa teguk untuk mengusir rasa lelah. Setelah itu, perjalanan pun dilanjutkan. Jalur menuju Pos 3 terasa lebih panjang dibandingkan dengan dua pos sebelumnya. Tanah yang sedikit licin akibat hujan semalam membuat kami berhati-hati dalam melangkah.

Setelah sekitar 40 menit berjalan, akhirnya kami tiba di Pos 3. Di sana, suasana mulai ramai dengan pendaki lain yang juga beristirahat. Kami menyempatkan diri untuk mengambil beberapa foto dengan latar belakang hutan yang mulai tersibak oleh cahaya fajar. Melihat antusiasme para pendaki lain membuat rasa lelah sedikit terobati.

foto saya di sunrise camp (sumber:dokumentasi pribadi)
foto saya di sunrise camp (sumber:dokumentasi pribadi)

Akhirnya, kami sampai di Sunrise Camp tepat saat siluet oranye mulai muncul di ujung timur. Dengan cepat, kami mencari tempat yang nyaman untuk menikmati pemandangan. Walaupun sunrise kali ini tidak sempurna karena terhalang kabut tipis, tetap saja momen ini terasa begitu berharga. Rasanya seperti mendapatkan hadiah setelah perjuangan panjang mendaki.

Namun, tujuan utama kami kali ini bukanlah sunrise semata. Kami melanjutkan perjalanan menuju sabana di atas Sunrise Camp. Di musim hujan seperti sekarang, sabana Gunung Prau dipenuhi bunga daisy yang sedang mekar. Keindahannya sungguh luar biasa hamparan bunga putih kecil dengan latar belakang pegunungan yang hijau membuat kami takjub.

Kami langsung mengambil beberapa foto, berbaring di antara bunga daisy sambil menikmati udara dingin yang segar. Rasanya seperti berada di taman bunga alami yang megah. Tak hanya itu, beberapa pendaki lain juga terlihat sibuk berfoto dan mengabadikan momen. Mereka sama kagumnya dengan keindahan alam ini.

Di tengah keheningan, saya merenung sejenak. Mengapa saya begitu menyukai pendakian? Mungkin jawabannya ada pada momen-momen seperti ini ketika kelelahan terbayar oleh pemandangan indah dan perasaan damai. Tidak ada yang bisa menggantikan rasa syukur ketika berada di tempat seperti ini, jauh dari hiruk-pikuk kota.

Kami memutuskan untuk tinggal lebih lama di sabana, berbincang dengan beberapa pendaki lain yang juga terpukau oleh mekarnya bunga daisy. Salah satu dari mereka bahkan membawa kamera dan menawarkan untuk mengambilkan foto kami. Kebersamaan dan keramahan para pendaki selalu memberi kesan tersendiri.

Setelah puas menikmati pemandangan, kami mulai bersiap turun. Jalur yang sama terasa lebih mudah saat perjalanan turun, mungkin karena adrenalin dan semangat yang masih tinggi. Kami berhenti beberapa kali untuk memastikan tidak terlalu cepat agar tidak cedera.

Akhirnya, sekitar pukul 9 pagi, kami tiba kembali di basecamp dengan hati yang puas. Pengalaman mendaki kedua kalinya di Gunung Prau ini memberi pelajaran baru bahwa mendaki bukan hanya soal mencapai puncak, tetapi juga tentang menikmati proses dan keindahan sepanjang perjalanan.

Bagi para pendaki yang ingin mengejar sunrise di Gunung Prau, pastikan untuk mempersiapkan fisik dan perbekalan dengan baik. Nikmati setiap langkah, karena keindahan tidak hanya ada di puncak, tetapi juga di setiap momen yang kita lalui selama mendaki.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun