Mohon tunggu...
Muhamad Fakkarz
Muhamad Fakkarz Mohon Tunggu... Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga (NIM 24107030138)

mendaki

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Langkah Kedua Menuju Langit : Cerita Pendakian Gunung Prau

16 April 2025   20:42 Diperbarui: 21 April 2025   09:58 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber foto : dokumentasi pribadi)

Mei 2024. Di tengah semilir angin Wonosobo yang menyusup pelan ke dalam jaket, aku memulai perjalanan keduaku sebagai pendaki gunung. Tujuanku adalah Gunung Prau, sebuah gunung yang katanya menyimpan pesona sunrise terbaik di Pulau Jawa. Kali ini, aku tidak sendiri. Bersamaku ada seorang teman lama---teman dari masa SMP---yang kini menjadi seorang pecinta alam sejati. Dia bukan hanya kawan lama, tapi juga pembimbing dalam perjalanan ini. Dengan segala pengalamannya, aku merasa aman dan percaya diri menjalani pendakian ini meski statusku masih pemula.

Kami memulai perjalanan dari basecamp via Patak Banteng sekitar pukul dua siang. Jalur ini kupilih bukan tanpa alasan. Selain terkenal akan pemandangannya yang cantik, jalur ini juga relatif singkat dibanding rute lain. Cukup menantang untuk pemula, namun tidak berlebihan. Langkah demi langkah, kami mulai menanjak, meninggalkan keramaian kota dan memasuki dunia yang lebih sunyi namun penuh kehidupan.

(sumber : Dokumentasi Pribadi)
(sumber : Dokumentasi Pribadi)

Seiring menapaki jalur, rasa lelah terbayar lunas oleh keindahan yang tersaji di sepanjang perjalanan. Vegetasi yang rapat, udara yang sejuk, serta suara-suara alam menjadi teman yang menenangkan. Namun ada satu momen yang begitu membekas: setelah melewati pos 2, aku melihat hamparan jalan akar yang tampak seperti lukisan. Akar-akar pohon menjalar dan menyatu dengan tanah, membentuk jalan alami yang eksotis dan memikat. Aku tak tahan untuk berhenti sejenak dan mengabadikan pemandangan itu. Rasanya seperti berjalan di dunia fantasi.

Tak lama setelah itu, tampaklah Gunung Sindoro dan Sumbing di kejauhan. Dua gunung megah itu berdiri gagah seolah menyambut kami yang tengah mendaki. Pemandangannya sungguh ikonik, layaknya yang sering muncul di iklan-iklan air mineral. Rasanya seperti mimpi, melihat mereka dari ketinggian seperti itu---seolah alam sedang memamerkan keindahan terbaiknya hanya untuk kami.

Kami sampai di area Sunrise Camp dan segera mendirikan tenda. Sore itu kami habiskan dengan bercengkrama bersama beberapa pendaki lain. Meski awalnya aku datang hanya berdua, suasana hangat di antara para pendaki membuatku merasa seperti berada di tengah keluarga baru. Kami berbagi cerita, tawa, dan tips pendakian. Di ketinggian ini, perbedaan usia, latar belakang, dan kota asal seolah hilang begitu saja---semuanya bersatu karena cinta pada alam.

Namun malam membawa tantangan yang tak terduga. Angin tiba-tiba bertiup kencang, membawa serta suhu dingin yang menusuk. Badai kecil mengguncang tenda kami. Aku kesulitan tidur meski sudah memakai jaket tebal dan masuk ke dalam sleeping bag. Udara malam itu turun drastis hingga 7 derajat Celcius. Tubuhku menggigil, dan waktu terasa berjalan lambat. Tapi aku tahu, inilah bagian dari pendakian. Tak hanya tentang indahnya sunrise atau pemandangan, tapi juga tentang bertahan dalam ketidaknyamanan.

Pagi pun tiba. Aku membuka mataku dengan perasaan yang campur aduk. Dari dalam tenda, kabut masih terlihat tebal. Dalam hati, aku pasrah. "Mungkin hari ini nggak dapet view bagus," pikirku. Tapi kemudian, aku mendengar suara riuh di luar. Pendaki-pendaki lain bersorak seperti anak kecil yang baru mendapat mainan. Aku keluar, dan takjub melihat kabut yang perlahan tersibak. Langit mulai memerah keemasan, dan di depan mataku, terbentang lautan awan yang begitu luas dan indah.

(Foto Sunrise sumber : dokumentasi Pribadi)
(Foto Sunrise sumber : dokumentasi Pribadi)

Golden sunrise Gunung Prau menyapaku dengan segala pesonanya. Awan-awan menggulung tenang di bawah kaki, sementara langit menyala dalam gradasi jingga yang memukau. Itu adalah salah satu momen paling indah dalam hidupku---sederhana, tapi penuh makna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun