Mohon tunggu...
Muhamad FahrurRadzi
Muhamad FahrurRadzi Mohon Tunggu... Editor - MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO

Saya lahir di Purwakarta pada tanggal 04 Mei 1999, merupakan anak pertama dari 3 bersaudara. Sekarang saya kuliah tingkat 3 di UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

PT POS, Pernah Jaya di Masa Muda!

18 November 2019   17:45 Diperbarui: 18 November 2019   17:51 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : https://tirto.id/eeXT

Aku tukang pos rajin sekali... Surat kubawa naik sepeda... siapa saja aku layani... tidak kupilih... miskin dan kaya... Kring ... kring ... pos!, Begitulah lirik  lagu yang sering dinyanyikan kita sewaktu kecil.

Dewasa ini, jasa pengiriman barang sangat membeludak layaknya kapas yang berterbangan, banyak sekali jenis dan rupa nama dengan fungsi jasa yang sama yaitu pengiriman barang. ada yang pengirimanya 1 hari, 2 hari, 3 hari bahkan berminggu- minggu. Namun dengan kehadiran beberapa aplikasi jasa pengantar driver online, pengiriman barang pun semakin mudah dan cepat. Untuk satu kota/kabupaten hanya memerlukan waktu 3-6 jam aja! Tidak sampai 1 hari.

Namun dari sekian banyak nama atau brand jasa pengiriman barang, ternyata ada satu nama yang paling familiar ditelinga masyarakat Indonesia?, apalagi kalo bukan POS! ya benar sekali, POS atau Kantor POS adalah salah satu nama jasa pengiriman barang yang memiliki sejarah panjang di negeri ini. Bagaimana tidak, kini kantor POS sudah banyak layanan seperti pengiriman domestik ataupun mancanegara. Layanan lama POS seperti pengiriman uang masih tetap dipertahankan.

Mari kita lihat perjalanan Kantor POS dari awal mula ada sampai menjadi salah satu perusahaan BUMN ternama di Indonesia.  Menurut beberapa sumber, Sejarah PT Pos Indonesia sudah jauh dimulai sejak zaman Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) berkuasa di Hindia atau Indonesia, tepatnya pada 1746. Institusi negara yang membawahi pos kemudian berkembang mengikuti zaman kolonial.

Dok. Tirto.id
Dok. Tirto.id

Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron van Imhoff (1743-1750) yang pertama kali menginisiasi berdirinya kantor pos pertama di Hindia Belanda (Indonesia). Pada 26 Agustus 1746, didirikan kantor pos di Batavia (Jakarta). Menurut The Archives of the Dutch East India Company (VOC) and the Local Institutions in Batavia (2007) karya Louisa Balk dan kawan-kawan, van Imhoff mencari jalan keluar dengan membentuk badan-badan untuk memperlancar pelayaran bebas. Dengan cara membuat POS dimasa itu. 

Dimana setelah kantor pos didirikan di Batavia, beberapa kantor pun didirikan pula dikota Semarang, Karawang, Cirebon, dan Pekalongan karena sesuai rute Batavia -- Semarang.

Perkembangan POS tak hanya sampai disitu, setelah ditemukannya kapal uap dan pesawat. Pengiriman POS menjadi lebih efektif seperti pengriman surat via POS udara.

Nama POS pada kala itu adalah Jawatan POS dan Telegraf (Posts Telegraafend Telefoon Dienst), seiring berkembangnya telepon namanya pun berubah menjadi Jawatan POS, Telegraf dan Telepon (Posts Telegraafend Telefoon Dienst).

Penguasaan Belanda atas telekomunikasi di Indonesia berakhir pada 1942 atau setelah kalah dari Jepang dalam Perang Dunia Kedua. Wilayah Indonesia pun diduduki pemerintah militer Dai Nippon sejak saat itu.

Semasa jepang memerintah di Indonesia menurut Kronik Revolusi Indonesia: 1948 (1999) : semua pegawai PTT Belanda ditangkapi. Semua pekerjaan diserahkan kepada bangsa Indonesia, dari bawah sampai pimpinan. Pada zaman ini juga struktur organisasinya mengikuti pemerintah militer Jepang sehingga terdapat Jawatan PTT Sumatera, Jawatan PTT Jawa, serta Jawatan PTT Indonesia Timur.

Setelah bangsa Indonesia merdeka, tak selang beberapa bulan, PTT menjadi perusahaan Negara atau BUMN. Sehingga PTT beralih nama menjadi i Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN Postel).

Pada tanggal 20 Juni 1995, status Perusahaan Umum Pos dan Giro lagi-lagi berubah, yakni Perseroan Terbatas (PT). Sejak saat itu hingga kini, nama institusinya adalah PT Pos Indonesia (Persero), sedangkan PN Telekomunikasi dikenal sebagai PT Telkom.

Nyatanya setelah lebih dari 80 tahun setelah POS diambilalih oleh pemerintahan Indonesia, kantor POS ternyata pernah mencapai puncak masa jaya nya. Berbanding terbalik dengan hari ini, tanpa bisa dipungkiri pengiriman POS hari ini semakin banyak pesaingnya seperti JNE, TIKI, J&T, SICEPAT, GRAB&GOJEK dan lain-lain, mengakibatkan POS ini kadang dijadikan nomor ke- sekian untuk jasa pengirimannya. Karena kadang, pengiriman POS ini sedikit lama dan tidak tepat sasaran, entah salah dari Kantor POS, Kurir ataupun Alamat si penerimanya.

Oleh karena itu dalam tulisan ini kita akan ulas kinerja POS ini seperti apa?

Dok. Tirto.id
Dok. Tirto.id

Menurut situs ternama tirto.id  menyebutkan bahwa kinerja PT. POS Indonesia dari tahun ke tahunnya mengalami meningkatan namun hal tersebut tidak sebanding dengan jasa pengiriman swasta di kelasnya.

Cuitan Rieke Diah Pitaloka, anggota Komisi VI DPR pada 18 Juli 2019 ini mendadak ramai di media sosial. Dalam video yang diunggah di cuitannya itu, Rieke mengungkapkan kondisi PT Pos Indonesia (Posindo) tengah memprihatinkan.

Menurut politikus dari Partai PDI Perjuangan itu, Posindo sampai harus meminjam uang ke bank untuk membayar gaji pegawai. Dalam video itu, Rieke juga menuntut tanggung jawab dari Kementerian BUMN terhadap kondisi Posindo saat ini.

"Secara pribadi, saya akan mempertahankan Posindo untuk tidak pailit. Karena ini adalah sejarah kemerdekaan bangsa ini. Tanpa Posindo, kita enggak pernah akan merdeka," kata Rieke dalam video itu.

Jika ditarik ke belakang, sebenarnya desas desus Posindo yang sedang kolaps, bangkrut dan hal-hal negatif lainnya bukan hal yang baru. Pada Februari 2019, para karyawan Posindo bahkan melakukan demo karena gaji pegawai terlambat dibayar. Mereka seharusnya memperoleh gaji pada tanggal 1 Februari. Namun, pembayaran gaji baru dilakukan pada 4 Februari. Keterlambatan gaji lantas dijadikan sebagai indikasi bahwa kinerja keuangan Posindo sedang buruk.

Bahkan kinerja Posindo pada 2018 memburuk dengan hanya meraup laba sekitar Rp100 miliar, atau anjlok 70 persen dari tahun sebelumnya.

Oleh karena itu, Mari kita gunakan POS sebagai jasa pengiriman barang dan uang untuk Indonesia lebih baik ....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun