Mohon tunggu...
Meyssi Manalu
Meyssi Manalu Mohon Tunggu... mahasiswa

saya seorang mahasiswa Katolik santo Thomas medan fakultas (FEB)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Ketika Etika Ditinggalkan,potret buram Manajemen SDMdi dunia kerja"

19 Juli 2025   19:40 Diperbarui: 19 Juli 2025   19:40 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebagai mahasiswa manajemen, saya sering diajarkan bahwa sumber daya manusia (SDM) adalah aset paling berharga dalam sebuah organisasi. Namun, saat menonton berita, membaca cerita di media sosial, atau mendengar curhatan kakak tingkat yang baru masuk dunia kerja, saya mulai bertanya dalam hati: apakah manajemen SDM di dunia nyata benar-benar menganggap manusia sebagai aset --- atau hanya sekadar alat produksi?

Belakangan ini, banyak cerita viral tentang pegawai yang dipaksa bekerja di luar jam kerja tanpa kompensasi, PHK sepihak tanpa penjelasan, atau bahkan proses rekrutmen yang tidak transparan dan penuh unsur "siapa kenal siapa." Semua itu membuat saya bertanya, di mana posisi etika dalam manajemen SDM?

Etika SDM yang Semakin Terlupakan
Idealnya, manajemen SDM tidak hanya fokus pada efisiensi dan produktivitas, tapi juga pada keadilan, transparansi, dan perlakuan yang manusiawi terhadap karyawan. Namun, realitanya tidak selalu demikian.

Contohnya, saya pernah mendengar cerita dari seorang kakak kelas yang magang di sebuah perusahaan besar. Ia melihat sendiri bagaimana staf kontrak yang sudah bekerja lebih dari 3 tahun tetap tidak diangkat menjadi karyawan tetap, meskipun performanya bagus. Bahkan, ada yang malah tidak diperpanjang kontraknya karena dianggap "terlalu vokal" saat menyuarakan hak lembur.

Sebagai mahasiswa, saya merasa prihatin. Bukankah seharusnya manajemen SDM menjunjung etika? Menghargai karyawan tidak hanya ketika mereka produktif, tetapi juga ketika mereka menyuarakan keadilan?

Dunia Kerja: Arena Target, Bukan Lagi Tempat Tumbuh?

Banyak perusahaan kini membanggakan diri dengan istilah "tempat kerja yang sehat" atau "berbasis manusia," tapi di balik semua itu, karyawan justru hidup dalam tekanan target yang kadang tidak masuk akal. Bahkan di media sosial, mulai banyak muncul akun-akun anonim yang membongkar praktik tidak manusiawi di balik "brand besar".
 saya jadi semakin sadar bahwa pelajaran tentang etika SDM di kelas hanya akan jadi teori jika tidak diterapkan secara nyata oleh para pelaku industri.

Saya percaya bahwa manajemen SDM seharusnya menjadi jembatan antara tujuan perusahaan dan kesejahteraan karyawan. Bukan sekadar pihak yang menghitung cuti dan menyiapkan surat PHK. Etika harus menjadi fondasi utama dalam setiap kebijakan SDM --- mulai dari rekrutmen, penilaian kinerja, hingga pemutusan hubungan kerja.

Kami, mahasiswa yang kelak akan masuk ke dunia profesional, berharap bisa membangun sistem SDM yang lebih adil dan manusiawi. Bukan sistem yang menjadikan manusia sekadar angka di laporan keuangan.

Penulis:
Meysi Manalu -- Mahasiswa Program Studi Manajemen, Universitas katolik santo thomas Medan
Bersama: Helena sihotang S.E-- Dosen Etika Profesi, Universitas Katolik santo Thomas Medan

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun