Mohon tunggu...
Meyiya Seki
Meyiya Seki Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menatap langit malam mencari sebuah jawaban untuk sebuah pertanyaan. Jika tuhan itu memang ada, kenapa harus dia?

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kisah Abdullah yang Beriman pada Tuhan bukan pada Agama

6 Agustus 2013   19:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:33 896
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sore itu, arak-arakan prosesi perayaan Waisak nasional mulai bergerak dari Candi Mendut menuju Candi Borobudur. Seperti tahun-tahun sebelumnya, Abdullah terlihat berada dalam proesei tersebut. Kedua telapak tangannya tertangkup di depan dadanya mengapit sebatang kembang sedap malam. Sama seperti peserta prosesi lainnya yang menjalani ritual peringatan hari raya agama Buddha tersebut.

Memasuki pelataran candi Borobudur, seluruh peserta prosesi mengambil tempat untuk melaksanakan puja bakti bersama dengan candi Borobudur sebagai altar utama yang dipimpin oleh seorang pandita Buddhist. Setelah kebaktian selesai, seorang anggota Sangha pun memberikan wejangan Dharma.

Abdullah melihat jam tangannya, sudah pukul setengah enam lebih. lalu dia beringsut dari posisi duduk bersila menjadi berlutut, lalu memalukan sujud namaskara sebanyak tiga kali, lalu meninggalkan pelataran candi Borobudur menuju sebuah musholla yang berada di bagian dalam kompleks candi Borobudur. Setelah mengambil air wudhu, Abdullah pun menunaikan sholat maghrib.

Setelah menunaikan sholat maghrib dengan khusyuk, Abdullah kembali menuju pelataran candi Borobudur dan mengikuti rangkaian prosesi waisak hingga selesai.

===

Tadi pagi hari ini, 2 hari sebelum Idul Fitri, setelah menunaikan sholat subuh, Abdullah pun sudah dalam perjalanan mudiknya menuju kampung halamannya di Lombok. Menjelang Asar tadi, Abdullah pun sudah mencapai pelabuhan Gilimanuk, dan kini sedang menunggu kapal penyeberangan di pelabuhan Padang Bai yang akan membawanya menuju pelabuhan Lembar di pulau Lombok.

Ada kegembiraan dalam hatinya berkumpul dan melaksanakan sholat Ied dengan keluarganya di kampung halamannya. Ia sudah membawa mukena baru untuk ibunya dan adik perempuannya. Baju koko dan sarung untuk ayah dan adik laki-lakinya.

Karena antrian di pelabuhan Padang Bai sangat panjang serta gelombang laut yang tidak bersahabat, setelah Imsak  Abdullah baru berhasil mendapat tempat di kapal penyeberangan. Abdullah pun menggunakan waktu di atas kapal untuk beristirahat. Setelah berlayar selama enam jam, Abdullah baru mendarat di pelabuhan Lembar, Lombok. Jam tangannya menunjuk pukul sembilan lebih 20 menit.

Turun dari kapal penyeberangan, Abdullah berkirim pesan singkat kepada ayahnya, sekedar menginformasikan kalau dirinya sudah mendarat di pulau Lombok. Ayahnya membalas pesannya agar Abdullah senantiasa berhati-hati dalam perjalanan. Kemudian Abdullah pun meneruskan perjalanan darat dari ujung Barat menuju ujung Timur pulau Lombok, yakni kota Labuhanhaji.

Sampai di kota kelahirannya, hari sudah mulai gelap, dan ketika Abdullah memasuki halaman rumahnya, suara takbir pun mulai berkumandang. Abdullah pun menjawab takbir tersebut dengan bertakbir, menutup bulan Ramadhan yang telah dilalui dengan puasa penuh dan menyambut Syawal sebagai kemenangannya.

===

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun