Mohon tunggu...
meyda nur rohmah
meyda nur rohmah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Penulis pemula

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Urgensi Dakwah Kampus

9 November 2017   10:05 Diperbarui: 5 Maret 2018   19:44 5021
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebagaimana kita ketahui bahwasannya kata "kampus" identik dengan adanya para pemuda-pemudi yang bergeriliya mencapai tujuan-tujuan tertentu. Kesibukan demi kesibukan mereka jalani demi tercapainya tujuan tersebut. Adapun bermacam tujuan mereka antara lain adalah mendapatkan gelar sarjana, ajang eksistensi yang dijadikan sebagai bahan obrolan dengan kawan, atau bahkan lebih parahnya mereka ngampushanya sekedar meraup popularitas di kalangan lawan jenis yang nantinya akan mengantarkannya ke dalam lubang maksiat. Di samping itu, pikiran-pikiran kritis yang hobi menganalisis namun tanpa disadari penuh akar-akar politisi tak lepas dari kehidupan kampus.

Sungguh mengherankan memang, fenomena keterpurukan generasi Islam yang sangat kontras dengan kalangan terdahulu yang notabene pemuda-pemudinya lebih bertumpu pada urusan akhirat dan selalu haus akan ilmu yang selaras dengan Al-Quran dan As-Sunnah sehingga mereka mendapat sebutan Tabi'in, tabi'ut tabi'in. Padahal generasi penerus penegak Islam di jaman ini sangat tergantung dengan spiritpemuda-pemudi yang sebagian besar terlahir dari kampus-kampus. Dimana kampus-kampus yang saat ini telah tersebar di seluruh penjuru Negeri Indonesia dipercaya mampu melhirkan pemuda-pemudi yang tergolong sebagai kaum intelek.

Sayangnya, ekspektasi seringkali tak sejalan dengan realita yang ada. Seperti yang telah dijelaskan pada paragraf awal, akhlak pemuda-pemudi kampus saat ini sama sekali tak mencerminkan sebagai sosok yang berilmu. Sosok berilmu yang dimaksud merupakan sosok yang berbudi, berkakhlakul karimah, serta penuh kethawadu'an dan hal paling utama yang mendasari seseorang itu berilmu, khususnya para muslim adalaha berpegan g teguh pada dua landasan kokoh dalam beragama Islam, yitu Al-Quran dan As-Sunnah. 

Namun sebaliknya, yang terlihat saat ini sungguh miris. Dimana mahasiswa-mahasiswi begitu mudahnya melanggar syariat-syariat yang telah Allah tetapkan. Berboncengan kesana-kemari dengan lawan jenis, Ikhtilattanpa adanya rasa mengganjal di hati dengan dalih kerja kelompok, bahkan Khalwat merajalela di tiap sudut kampus. Bahkan kampus berlabel Islam sekaligus. Telah hilang akhlak malu yang telah dicontohkan oleh Rasulullaah Shalallaahu 'alaihi wassaallaam.

Nah, melalui fenomena inilah dakwah yang memiliki artian menyeru pada kebaikan amat dibutuhkan di lingkungan kampus. Pentingnya dakwah di kampus tak lepas dari perangkat-perangkat dakwah itu sendiri. Salah satu dari perangkat itu tak lain adalah mahasiswa-mahasiswi yang sadar akan keterpurukan pemuda di jaman ini. Mereka seringkali disebut dengan aktivis dakwah. 

Para aktivis dakwah kampus semakin kesini semain dituntut untuk lebih cekatan dalam berbagai bidang demi kebutuhan dakwahnya. Bagaimana tidak, para aktivis dakwah yang bertugas dilingkungan kampus terkadang mengalami begitu banyak rintangan. Cacian, sindiran, dan hal menyakitkan lain seringkali datang dari teman-teman sebayanya. Label 'Sok Alim' tak pernah lepas kemanapun ia pergi. Maka dari itu, diperlukan strategi-strategi jitu demi mencapai tujuan dakwah itu sendiri.

Kesadaran bahwa objek dakwah para aktivis dakwah adalah mahasiswa-mahasiswi kampus yang sarat akan pergolakan jiwanya mewajibkan para aktivis dakwah untuk lebih bijak dalam menyampaikan suatu kebaikan. Mereka harus jeli mencari celah-celah dalam berdakwah. Seakan-akan para aktivis itu mengajak namun tanpa menggurui.

Kesimpulannya, urgensi dakwah kampus semakin mencapai level yang amat tinggi. Dimana dibutuhkan sosok-sosok pejuang sejati yang berani menyerukan kebenaran di tengah kebobrokan pemuda jaman ini. Sosok yang senantiasa tulus menolong agama Allah. Sosok yang mampu ikhlas dan sabar menghadapi begitu banyak rintangan yang menghadang.

By: Afiany Suci Rahmawati dari Jurusan PAI'17 UIN MALIKI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun