Mohon tunggu...
Meti Irmayanti
Meti Irmayanti Mohon Tunggu... Lainnya - senang membaca, baru belajar menulis

Dari kota kecil nan jauh di Sulawesi Tenggara, mencoba membuka wawasan dengan menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Sedihnya Menghadapi Anak Susah Makan, Bagaimana Upaya Bunda?

7 Januari 2024   22:20 Diperbarui: 7 Januari 2024   22:30 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: hellosehat.com

Bagi seorang Ibu yang mempunyai anak, apalagi itu anak balita yang susah makan, tentu akan membuat Ibu bingung dan sekaligus khawatir. Perilaku anak yang susah makan atau yang biasa diistilahkan dengan Gerakan Tutup Mulut (GTM) ini, jika tidak segera diatasi dikhawatirkan akan membawa dampak buruk yang bisa mengganggu proses tumbuh kembang anak.

Apalagi sekarang ini, pemerintah sedang gencar-gencarnya melaksanakan program pemberantasan stunting. Pemberitaan tentang stunting hampir setiap hari menghias ruang baca kita, yang membuat kita prihatin dan merasa ingin terlibat dalam program pengurangan angka stunting di Indonesia.

Namun alih-alih terlibat dalam pengurangan angka stunting bagi anak-anak lain, anak sendiri saja terancam menderita "gizi buruk" karena perilaku gerakan tutup mulutnya.

Sebagaimana yang kita ketahui, stunting disebabkan oleh kekurangan gizi dalam waktu lama dan itu bisa terjadi sejak janin masih berada dalam kandungan sampai awal kehidupan anak (1000 Hari Pertama Kelahiran). Ini bisa terjadi karena rendahnya akses ibu dan anak terhadap makanan bergizi, rendahnya asupan vitamin dan mineral, dan buruknya keragaman pangan dan sumber protein hewani.

Nah, hal yang paling memprihatinkan yang membuat resah adalah ketika kita sudah tahu, dan sudah berusaha melakukan praktik pemberian makan yang tepat dengan memberikan makanan yang cukup untuk memenuhi asupan gizi anak dengan baik. Namun, si anak sendiri yang ogah bahkan tidak mau sama sekali memakan makanan tertentu.

Sebagai Ibu, saya mengalami persoalan ini. Bayi saya sejak memasuki usia 1 tahun, mulai menolak MPASI. Sebelumnya saya memberikan ASI eksklusif bagi bayi saya hingga usia enam bulan, dan setelah itu mulai memperkenalkan makanan tambahan sebagai pendamping ASI. Awalnya semua berjalan lancar, perkembangan tumbuh kembangnya juga bagus.

Persoalan mulai muncul semenjak Ia berusia setahun, ia mulai menolak memakan hampir semua makanan yang sebelumnya sangat disukainya, mulai dari buburnya, pisang, pepaya, telur dll. Ia hanya mau menyusu ASI saja, bahkan susu formula pun enggan diminumnya.

Segala upaya sudah saya lakukan agar anak mau makan, tetapi tak kunjung berhasil sesuai dengan yang saya harapkan.  Kekhawatiran tentang dampaknya yang bisa membuat berat badannya turun mulai terjadi, awalnya berat badan dan tinggi badan pertumbuhannya cukup positif, di usia 1 tahun berat badannya hampir sembilan kilo, dengan tinggi 70.

Perilaku malas makan mulai terjadi saat si kecil tumbuh gigi dan demam, Ia sama sekali tidak mau menyentuh makanan yang diberikan, maunya hanya menyusu, dan ini terus berlanjut dan membuat berat badannya turun hingga sedikit lagi di bawah normal. Berbagai upaya untuk membujuk terus saya lakukan, namun belum juga berhasil dengan memuaskan.

Walaupun kondisi bayi saya menurut dokter masih dikatakan normal, tetapi dengan kondisi yang hampir dibawah normal dan kebiasaan makannya yang masih buruk tentu membuat saya masih diliputi perasaan khawatir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun