Secara arsitektur, Rumah Lontiak berbentuk panggung, terbuat dari kayu keras dan ditopang oleh tiang tinggi agar tahan banjir serta aman dari binatang buas.Â
Atapnya melengkung lentik ke atas di kedua ujung, dari sinilah nama Lontiak berasal yang berarti lentik atau menjulang.
Gaya Minangkabau terlihat jelas pada bentuk atap gonjong yang melengkung ke langit.
Sementara pengaruh Melayu tampak pada ukiran halus, warna lembut, dan tata ruang yang tertutup serta sopan, mencerminkan kesantunan khas pesisir.
Filosofi di balik bentuknya pun tak sekadar estetika:
Lengkung atap yang menjulang tinggi melambangkan semangat menjunjung adat dan kehormatan, sedangkan panggung rumah menggambarkan kesadaran akan keseimbangan antara manusia, alam, dan Sang Pencipta.
Rumah yang Berjiwa Kapal
Di balik keelokannya, tersimpan makna mendalam: Rumah Lontiak diibaratkan sebagai kapal pencalang, kapal dagang dan armada tempur tradisional Melayu yang dahulu berlayar menembus Selat Malaka hingga Sungai Kampar.
Sebagaimana kapal yang siap berlayar, Rumah Lontiak melambangkan perjalanan hidup dan perjuangan masyarakat Kampar yang menggantungkan hidup pada air.Â
Rumah bukan sekadar tempat bernaung, tetapi simbol ketahanan, kebersamaan, dan arah tujuan hidup.
Bentuk dan Struktur: Lambung Kapal Kehidupan
Bagian bawah rumah panggung ini menyerupai lambung kapal, sedangkan tiang-tiang penyangganya berfungsi seperti lunas kapal yang menjaga keseimbangan di tengah gelombang.
Atap yang lentik ke atas seolah menjadi layar yang tertiup angin, menggambarkan semangat untuk terus berlayar menembus rintangan kehidupan.
Filosofi Perjalanan dan Keteguhan
Rumah Lontiak adalah refleksi dari ketangguhan dan spiritualitas masyarakat Kampar.