Tiga Nama, Tiga Dunia, Satu Pertanyaan
Di tengah hiruk-pikuk urban, tiga merek kopi berdiri di panggung yang berbeda.
Starbucks yang dulu menjadi simbol kehangatan, kini bergulat dengan krisis identitas. Â
Luckin Coffee yang lahir dari algoritma dan diskon, menaklukkan Tiongkok dengan efisiensi. Â
Kopi Kenangan yang tumbuh dari rasa lokal, mencoba menyeimbangkan antara skala dan jiwa.
Ketiganya menjual kopi. Tapi apakah mereka masih menjual kedai?
Starbucks: Jiwa yang Terkikis oleh Teknologi
Brian Niccol, CEO Starbucks, mengakui bahwa fokus berlebihan pada pemesanan online telah "menghilangkan banyak jiwa" dari merek Starbucks. Gerai berubah menjadi titik ambil pesanan, bukan ruang tinggal rasa. Kursi diganti rak, barista sibuk dengan layar, dan pelanggan hanya lewat.
Sebagai respons, Starbucks menutup 400 gerai di Amerika Utara dan melakukan PHK terhadap 900 karyawan kantor pusat. Penjualan turun enam kuartal berturut-turut, saham merosot 9%, dan merek ini kini berusaha kembali menjadi third place, ruang ketiga antara rumah dan kantor.
"Kami kehilangan ruh kedai kopi. Sekarang kami berusaha mengembalikannya." Â
>Brian Niccol, CNN Business, 27 September 2025
Luckin Coffee: Efisiensi Tanpa Interaksi