Headline media lebih sering menyoroti ekspansi merek global daripada perjuangan merek lokal yang bertahan di tengah badai.
Di sinilah pentingnya refleksi: siapa yang menulis naskah konsumsi kita? Siapa yang menentukan apa yang layak tampil di etalase digital dan fisik? Apakah kita masih punya ruang untuk menyusun narasi kita sendiri?
Epilog: Boneka-Boneka Bermerek dan Tali-Tali Tak Terlihat
Bayangkan etalase kita sebagai panggung boneka. Boneka-boneka bermerek tampil anggun, tapi tali-tali dipegang oleh tangan-tangan tak terlihat: investor global, algoritma platform, dan headline yang bias.
Di sinilah pentingnya satire, narasi publik, dan refleksi kolektif. Untuk mengembalikan etalase ke tangan rakyat. Untuk memastikan bahwa konsumsi bukan sekadar transaksi, tapi juga pernyataan identitas, martabat, dan kedaulatan.
Penulis: Merza Gamal (Advisor & Konsultan Transformasi Corporate Culture)
Catatan Penutup: Â
Artikel ini bukan ajakan untuk menolak investasi asing, melainkan undangan untuk menyadari bahwa etalase kita adalah ruang budaya. Ia layak dijaga, ditafsirkan ulang, dan ditulis dengan tangan kita sendiri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI