Arah Baru atau Kabut Baru?
"Yang patut dicermati bukan hanya siapa yang diganti, tetapi mengapa mereka diganti. Di tengah krisis pangan, ancaman ekologis, dan kegelisahan publik, reshuffle kabinet bukan sekadar soal kursi. Ia adalah cermin dari visi, keberanian, dan arah kepemimpinan."
Resonansi dari artikel sebelumnya: Reshuffle di Sore Hari; Ketika Loyalitas Menggeser Keheningan dan Publik Bertanya Arah
Senja belum benar-benar turun ketika Istana Negara kembali menjadi panggung peralihan. Presiden Prabowo Subianto melantik enam tokoh baru dalam reshuffle Kabinet Merah Putih.
Lima menteri diganti, satu kementerian baru dibentuk. Namun di balik seremoni dan peci hitam yang rapi, publik bertanya: apakah ini sekadar pergantian kursi, atau benar-benar pergeseran arah?
Pasar Bereaksi, Publik Mengamati
Hari berikutnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun tajam 1,77% ke level 7.629,16. Penurunan ini bukan sekadar angka. Ia adalah respons psikologis pasar terhadap pergantian Menteri Keuangan dari Sri Mulyani ke Purbaya Yudhi Sadewa.
Sosok Sri Mulyani selama ini menjadi jangkar disiplin fiskal dan kredibilitas internasional. Ketika ia digantikan, pasar bereaksi: saham perbankan dijual, obligasi melemah, dan investor asing mulai bersikap wait and see.
📉 Apa yang Memicu Penurunan?
- Efek psikologis langsung: Pasar kehilangan figur yang dikenal disiplin dan transparan dalam pengelolaan anggaran.
- Kekhawatiran terhadap arah fiskal: Program populis seperti makan siang bergizi dan janji pertumbuhan ekonomi 8% menimbulkan pertanyaan tentang sumber pembiayaan dan keberlanjutan fiskal.
- Aksi jual di sektor keuangan dan perbankan: Investor institusional cenderung melakukan rebalancing portofolio saat ada ketidakpastian kebijakan.
⏳ Seberapa Lama Dampaknya?
Jangka pendek (1–2 minggu): Volatilitas tinggi masih mungkin terjadi, terutama jika pernyataan awal dari Menkeu baru belum cukup meyakinkan pasar.