Beberapa waktu terakhir publik dihebohkan oleh potongan video yang memperlihatkan Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut "guru adalah beban negara."Â
Cuplikan itu sontak memicu gelombang reaksi keras dari kalangan pendidik, pemerhati pendidikan, hingga masyarakat umum.
Namun, Kementerian Keuangan kemudian menegaskan bahwa video tersebut merupakan rekayasa buatan AI (deepfake), bukan pernyataan asli Sri Mulyani.Â
Pertanyaannya, mungkinkah sebuah teknologi mampu memproduksi konten yang sedemikian meyakinkan hingga menimbulkan polemik nasional?
Deepfake dan Era Disinformasi
Kita hidup di zaman ketika realitas dan rekayasa digital semakin sulit dibedakan. Teknologi deepfake berbasis AI memang sudah terbukti mampu meniru wajah, suara, bahkan gerak tubuh seseorang dengan sangat presisi.
Kasus serupa sudah terjadi di berbagai negara. Misalnya, video palsu Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yang "mengumumkan menyerah kepada Rusia" pada 2022 terbukti hasil manipulasi digital.Â
Begitu juga di Amerika Serikat, beberapa figur publik menjadi korban video deepfake yang dibuat untuk kepentingan politik maupun komersial.
Dalam konteks inilah, klaim bahwa video Sri Mulyani adalah hasil manipulasi AI tentu masuk akal secara teknis.Â
Namun, wajar pula bila publik bertanya-tanya: apakah benar itu rekayasa, atau justru alasan untuk menghindari tanggung jawab dari pernyataan kontroversial?
Luka Lama: Pajak, Zakat, dan Retorika Kebijakan
Polemik ini menjadi semakin sensitif karena publik masih mengingat kontroversi lain yang melibatkan Sri Mulyani. Beberapa waktu lalu ia menyamakan pajak dengan zakat, sebuah analogi yang memicu diskusi hangat, terutama di kalangan umat beragama yang menilai penyamaan tersebut kurang tepat.
Dalam artikel sebelumnya di Kompasiana, saya mengulas bagaimana pajak, zakat, dan wakaf seharusnya bisa menjadi instrumen keadilan sosial jika dikelola dengan transparan dan amanah.Â
Namun, yang terjadi justru seringkali menimbulkan persepsi publik bahwa pajak hanyalah beban tanpa timbal balik yang jelas.
Ketika isu "guru adalah beban negara" kemudian mencuat, meski terbantahkan, publik terlanjur mengaitkannya dengan pola retorika yang sama: pernyataan kebijakan yang lebih banyak menyinggung daripada menenangkan.
Guru: Investasi Bangsa, Bukan Beban
Terlepas dari benar atau tidaknya video tersebut, guru sama sekali tidak bisa dianggap beban negara. Justru sebaliknya, mereka adalah investasi terbesar bagi masa depan bangsa.