Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membaca Ulang Polemik 'Guru adalah Beban Negara'; Benarkah Deepfake?

20 Agustus 2025   09:14 Diperbarui: 20 Agustus 2025   09:14 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Benarkah guru adalah beban negara, Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Generative AI 

Beberapa waktu terakhir publik dihebohkan oleh potongan video yang memperlihatkan Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut "guru adalah beban negara." 

Cuplikan itu sontak memicu gelombang reaksi keras dari kalangan pendidik, pemerhati pendidikan, hingga masyarakat umum.

Namun, Kementerian Keuangan kemudian menegaskan bahwa video tersebut merupakan rekayasa buatan AI (deepfake), bukan pernyataan asli Sri Mulyani. 

Pertanyaannya, mungkinkah sebuah teknologi mampu memproduksi konten yang sedemikian meyakinkan hingga menimbulkan polemik nasional?

Deepfake dan Era Disinformasi

Kita hidup di zaman ketika realitas dan rekayasa digital semakin sulit dibedakan. Teknologi deepfake berbasis AI memang sudah terbukti mampu meniru wajah, suara, bahkan gerak tubuh seseorang dengan sangat presisi.

Kasus serupa sudah terjadi di berbagai negara. Misalnya, video palsu Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yang "mengumumkan menyerah kepada Rusia" pada 2022 terbukti hasil manipulasi digital. 

Begitu juga di Amerika Serikat, beberapa figur publik menjadi korban video deepfake yang dibuat untuk kepentingan politik maupun komersial.

Dalam konteks inilah, klaim bahwa video Sri Mulyani adalah hasil manipulasi AI tentu masuk akal secara teknis. 

Namun, wajar pula bila publik bertanya-tanya: apakah benar itu rekayasa, atau justru alasan untuk menghindari tanggung jawab dari pernyataan kontroversial?

Luka Lama: Pajak, Zakat, dan Retorika Kebijakan

Polemik ini menjadi semakin sensitif karena publik masih mengingat kontroversi lain yang melibatkan Sri Mulyani. Beberapa waktu lalu ia menyamakan pajak dengan zakat, sebuah analogi yang memicu diskusi hangat, terutama di kalangan umat beragama yang menilai penyamaan tersebut kurang tepat.

Dalam artikel sebelumnya di Kompasiana, saya mengulas bagaimana pajak, zakat, dan wakaf seharusnya bisa menjadi instrumen keadilan sosial jika dikelola dengan transparan dan amanah. 

Namun, yang terjadi justru seringkali menimbulkan persepsi publik bahwa pajak hanyalah beban tanpa timbal balik yang jelas.

Ketika isu "guru adalah beban negara" kemudian mencuat, meski terbantahkan, publik terlanjur mengaitkannya dengan pola retorika yang sama: pernyataan kebijakan yang lebih banyak menyinggung daripada menenangkan.

Guru: Investasi Bangsa, Bukan Beban

Terlepas dari benar atau tidaknya video tersebut, guru sama sekali tidak bisa dianggap beban negara. Justru sebaliknya, mereka adalah investasi terbesar bagi masa depan bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun