Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Pelajaran dari Pengalaman Puluhan Tahun di Dunia Kerja Formal dan Bisnis Keluarga

24 Juli 2025   07:55 Diperbarui: 24 Juli 2025   22:21 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi- Konflik dalam bisnis. (Freepik/pressfoto)

Saat Teori Tak Cukup: 

Selama puluhan tahun saya bekerja di organisasi dan perusahaan publik. Sebuah lingkungan kerja yang terstruktur rapi, dengan aturan yang jelas, peran yang tegas, dan mekanisme penyelesaian konflik yang formal. Saya belajar banyak tentang profesionalisme, kedisiplinan, dan cara menyikapi perbedaan pendapat dalam koridor sistem kerja.

Namun, semua berubah ketika saya mulai terlibat dalam bisnis keluarga dan kerja sama usaha dengan sahabat dekat. 

Dua dunia yang berbeda, Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Generative AI 
Dua dunia yang berbeda, Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Generative AI 

Dunia profesional yang awalnya saya kenal terasa begitu berbeda saat hubungan darah dan ikatan emosional masuk ke ruang kerja.

Dua Dunia, Dua Realita

Di dunia kerja formal, kita tahu harus bersikap bagaimana. Saat ada konflik, kita tahu ke mana harus melapor, bagaimana menyelesaikannya. Jika harus berpisah, ya berpisah secara profesional---tanpa perlu membawa luka pribadi.

Namun di dunia bisnis keluarga atau kerja sama dengan sahabat dekat, segala sesuatunya bercampur antara logika dan perasaan. Tidak ada SOP, tidak ada HRD, tidak ada forum netral. Yang ada hanyalah rasa sungkan, prasangka, dan sejarah hubungan yang panjang.

Ketika Masalah Tidak Pernah Benar-Benar Selesai

Saya pernah mengalami konflik dalam bisnis keluarga. Masalah yang seharusnya bisa selesai dalam meja rapat, justru menjalar ke meja makan keluarga. Hubungan saya dengan pihak yang bermasalah memburuk, dan yang lebih menyakitkan---hubungan saya dengan anggota keluarga lain pun ikut terpengaruh. Padahal saya sudah berusaha bersikap profesional dan memisahkan urusan kerja dengan urusan pribadi.

Hal serupa juga terjadi ketika saya pernah menjalankan bisnis dengan sahabat dekat yang sudah seperti keluarga. Ketika terjadi ketidaksepahaman, hubungan yang tadinya hangat berubah dingin. Komunikasi menjadi canggung. Bahkan setelah kerja sama berakhir, hubungan kami tidak pernah benar-benar pulih seperti semula.

Realita yang Sering Dilupakan Para Teoritis

Saya sering membaca tulisan tentang pentingnya kerja sama, kekompakan keluarga dalam bisnis, atau mitra usaha berbasis kepercayaan. Banyak yang menulis panjang lebar soal strategi, komunikasi efektif, dan pembagian peran. Tapi sayangnya, tidak sedikit dari tulisan-tulisan itu hanya berangkat dari teori---bukan dari pengalaman langsung menghadapi keretakan hubungan personal akibat konflik bisnis.

"Teori memang mudah dirumuskan. Tapi saat emosi dan hubungan hati ikut bermain, semua rumus bisa kehilangan maknanya."

Pelajaran yang Saya Ambil

Dari pengalaman pribadi ini, saya belajar bahwa:

  • Kedekatan emosional bukan jaminan keberhasilan bisnis.
  • Profesionalisme harus dibangun oleh semua pihak, bukan hanya satu orang.
  • Relasi yang sudah terlalu akrab justru sulit membatasi peran.
  • Pikirkan baik-baik sebelum mengajak atau diajak bekerja sama oleh keluarga atau sahabat.

Karena ketika konflik terjadi, yang dipertaruhkan bukan hanya bisnis---tapi juga hubungan yang selama ini kita jaga dengan sepenuh hati.

Penutup: Bijaklah Sebelum Melangkah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun