Berbagai sinyal dari pelaku pasar dan lembaga internasional menunjukkan bahwa yang melemah bukan hanya indikator ekonomi, tapi juga tingkat kepercayaan publik dan investor terhadap efektivitas kebijakan pemerintah. Ketika arah kebijakan fiskal, moneter, dan investasi tidak disampaikan dengan konsistensi dan transparansi, maka stimulus akan sulit menghasilkan dampak yang signifikan.
Dalam konteks ini, pemulihan kepercayaan jauh lebih penting dibanding menambah jumlah insentif. Tanpa kejelasan arah dan keberanian melakukan reformasi, masyarakat dan pelaku usaha akan tetap bersikap hati-hati, menahan konsumsi dan investasi.
Stimulus Bukan Segalanya
Sejarah membuktikan bahwa stimulus besar-besaran selama pandemi COVID-19 tidak mampu mendorong pertumbuhan jangka panjang secara berkelanjutan.Â
Banyak program yang tidak efektif karena birokrasi lambat, sasaran tidak tepat, dan tidak ditopang oleh reformasi kelembagaan.
Kondisi saat ini serupa, bahkan lebih kompleks. Oleh karena itu, pemerintah perlu berpindah dari pendekatan "pemadam kebakaran" menuju kebijakan yang lebih menyentuh akar persoalan:
- Reformasi fiskal yang kredibel dan berkelanjutan, bukan hanya ekspansi sementara.
- Kepastian hukum dan tata kelola investasi yang pro-pelaku usaha.
- Komitmen terhadap good governance dan efisiensi birokrasi.
- Komunikasi kebijakan yang terbuka dan konsisten.
Kesimpulan: Pulihkan Kepercayaan, Baru Stimulus Akan Berdampak
Stimulus ekonomi memang diperlukan sebagai penyangga sementara, tetapi tidak akan efektif tanpa pemulihan kepercayaan.Â
Masyarakat tidak akan belanja, pelaku usaha tidak akan ekspansi, dan investor tidak akan masuk hanya karena ada diskon atau subsidi. Mereka butuh arah yang jelas, tata kelola yang baik, dan stabilitas jangka menengah.
Dengan kata lain, sebelum menambah stimulus, pulihkan dulu kepercayaan.
Penulis: Merza Gamal (Pemerhati Sosial Ekonomi Syariah)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI