Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Kompasiana dan Iklan 'Peter-Peteran'; Potensi Besar yang Terabaikan

11 Juni 2025   09:22 Diperbarui: 11 Juni 2025   09:22 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi ini saya membuka Kompasiana seperti biasa. Sekilas menengok daftar Artikel Utama di halaman depan. Sungguh terkejut sekaligus prihatin. Dari lima artikel yang tampil di posisi utama, semua hanya memiliki jumlah pembaca sangat minim---bahkan sebagian masih di angka puluhan. 

Padahal slot tersebut seharusnya menjadi etalase utama yang ramai pengunjung dan menjadi pemantik traffic bagi seluruh Kompasianer.

Ini bukan hal baru. Sudah beberapa waktu saya mencermati betapa sepinya Kompasiana dari kunjungan pembaca. Bukan karena tak ada penulis yang bagus atau tulisan yang menarik, melainkan karena sistem pengelolaan yang belum optimal. 

Dengan lebih dari lima juta akun terdaftar, seharusnya Kompasiana bisa lebih hidup, dinamis, dan menjadi kanal opini publik yang disegani. 

Tapi kenyataannya, sebagian besar akun hanya menjadi data tidur---pengguna yang entah lupa password atau kehilangan motivasi menulis karena tidak lagi menemukan gairah dan apresiasi di platform ini.

Salah satu penyebabnya, menurut saya, adalah tata kelola internal yang masih terlalu bersifat "keluarga kecil". Beberapa artikel yang tampil sebagai headline atau artikel utama sering kali datang dari nama-nama yang "itu-itu saja", seolah admin lebih nyaman memilih Kompasianer yang dekat di hati daripada melihat kualitas dan dampak sebuah tulisan secara objektif. 

Akibatnya, tulisan-tulisan bagus dari penulis baru atau dari penulis berpengaruh sekalipun bisa saja terabaikan hanya karena tidak punya kedekatan dengan pengelola.

Lihat saja tangkapan layar ini: artikel yang sudah dipilih menjadi Headline pun hanya meraih puluhan pembaca. 

Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal dari tangkapan layar Kompasiana 
Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal dari tangkapan layar Kompasiana 

Di era digital seperti sekarang, angka ini sungguh memprihatinkan. 

Ini bukan kesalahan para penulis---karena banyak di antaranya sudah berusaha keras menyajikan tulisan berkualitas---tetapi lebih pada kegagalan sistem distribusi dan engagement di dalam platform.

Potensi Besar, Namun Terlihat Mandek

Dengan lebih dari 5 juta akun terdaftar, Kompasiana seharusnya bisa menjadi tambang emas dalam ekosistem media digital. Sayangnya, hanya sebagian kecil dari akun tersebut yang aktif menulis maupun membaca. 

Hal ini tentu menghambat pertumbuhan komunitas serta pencapaian traffic yang tinggi secara berkelanjutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun