Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Oshikatsu dan Budaya Mendukung Idola; Fenomena Global yang Menggerakkan Ekonomi dan Emosional

26 Mei 2025   14:23 Diperbarui: 26 Mei 2025   14:23 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Trend membeli merchandise idola,  Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Generative AI 

Pagi itu, Haruka---seorang mahasiswa Jepang---berjalan cepat ke sebuah toko khusus merchandise di Akihabara, Tokyo. Ia mengenakan tas ransel bergambar karakter anime favoritnya dan membawa album foto kecil yang penuh dengan potret sang idola. 

Bukan hanya untuk dikoleksi, tapi untuk dibawa ke kafe bertema di mana ia bisa "bertemu" idola dalam bentuk AR. Aktivitas ini disebut oshikatsu---kegiatan mendukung idola secara aktif dan emosional.

Di balik gemerlap poster, lightstick, dan merchandise eksklusif, oshikatsu bukan sekadar tren, tapi telah menjadi budaya sosial dan ekonomi yang nyata. 

Fenomena ini bahkan melampaui batas Jepang dan merebak secara global, dengan istilah dan warna budaya yang berbeda-beda.

Asal-Usul Kata dan Munculnya Budaya Oshikatsu

Kata "oshikatsu" berasal dari gabungan dua kata dalam bahasa Jepang:

  • Oshi (): idola atau tokoh favorit yang didukung
  • Katsu (): aktivitas atau aksi

Istilah ini pertama kali mencuat di media sosial Jepang sekitar tahun 2016, dan semakin populer dengan tagar # (oshikatsu) di platform Twitter (kini X) pada tahun 2018. 

Kata ini mendapat pengakuan luas ketika dinominasikan sebagai Kata Tahun Ini di Jepang pada 2021, menandakan bahwa oshikatsu telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat urban Jepang.

Namun, mendukung idola tentu bukan hal baru di Jepang. Budaya ini berakar dari idol culture sejak era 1970-an dan terus berkembang lewat J-pop, grup idol seperti AKB48, dan industri anime. Yang berubah adalah cara mendukungnya: makin personal, makin digital, dan makin terstruktur.

Dari Dukungan Emosional hingga Transaksi Ekonomi

Bagi pelaku oshikatsu, mendukung idola adalah sumber kebahagiaan dan identitas diri. Mulai dari membeli merchandise, datang ke konser, membuat fan art, hingga berinteraksi di media sosial, semua dilakukan dengan semangat tinggi. 

Beberapa bahkan mengalokasikan anggaran bulanan khusus untuk aktivitas ini.

Dalam skala ekonomi, oshikatsu menciptakan pasar yang sangat menguntungkan:

  • Industri idol Jepang mencatat omzet triliunan yen setiap tahun.
  • Penjualan merchandise resmi dan tidak resmi tumbuh pesat di toko fisik dan marketplace digital.
  • Kafe bertema, event ulang tahun idola, bahkan tempat ziarah "lokasi syuting" anime atau MV menjadi destinasi wisata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun