Banyak orang baru mengenal konsep menabung emas belakangan ini, terutama setelah Pegadaian resmi menjadi Bullion Bank pertama di Indonesia. Namun, saya sudah lebih dulu membuka Tabungan Emas sejak tahun 2016, jauh sebelum tren ini menguat dan sebelum konsep Bullion Bank diresmikan oleh Presiden pada 26 Februari 2025.Â
Kala itu, Tabungan Emas masih terbilang baru diperkenalkan ke publik, namun saya langsung tertarik dengan konsepnya yang unik dan menjanjikan.
Saat itu, harga emas masih berkisar Rp 500.000 per gram, dan saya mulai menabung sedikit demi sedikit. Berbekal pemahaman bahwa nilai emas cenderung stabil dan bahkan meningkat dalam jangka panjang, saya melihat ini sebagai peluang untuk melindungi nilai uang saya dari ancaman inflasi yang terus menggerus.Â
Apalagi, saya termasuk orang yang cenderung kesulitan menabung uang tunai. Dengan menabung emas, saya merasa lebih termotivasi karena tidak mudah tergoda untuk menarik saldo emas, seperti halnya uang tunai.
Berbeda dengan tabungan uang biasa, saldo dalam Tabungan Emas dicatat dalam satuan gram, bukan rupiah. Maka, ketika harga emas naik, nilai simpanan kita pun ikut meningkat. Pengalaman pribadi saya membuktikan hal ini: emas yang saya tabung di tahun 2016 kini nilainya sudah naik lebih dari tiga kali lipat.Â
Jika saya menabung Rp 500.000 dalam bentuk uang tunai di tahun itu, nilainya kini tentu jauh berkurang. Tetapi dengan emas, nilainya justru tumbuh dan memberi rasa aman.
Menabung emas juga memberi perspektif baru dalam perencanaan keuangan. Saya mulai mengalokasikan sebagian dari bonus tahunan, THR, bahkan uang arisan untuk membeli emas dalam jumlah kecil secara rutin. Lambat laun, saldo Tabungan Emas saya bertambah tanpa terasa. Saya tidak perlu khawatir kehilangan nilai seperti saat menyimpan uang tunai di bawah bantal atau di dompet digital tanpa imbal hasil.
Kini, Tabungan Emas Pegadaian hadir dengan berbagai pembaruan yang membuatnya makin mudah, aman, dan fleksibel. Nasabah bisa membuka rekening Tabungan Emas cukup dengan KTP dan tanpa perlu datang ke kantor cabang, cukup melalui aplikasi Pegadaian Digital atau mitra resmi seperti bank dan platform marketplace.Â
Bahkan, kita bisa mulai menabung dari 0,01 gram saja --- setara dengan harga kopi kekinian.
Fitur transfer emas antarnasabah, pencetakan fisik emas, serta layanan cicilan emas kini juga bisa diakses lebih cepat dan nyaman. Semuanya dirancang untuk mendukung masyarakat agar bisa berinvestasi emas dari nominal kecil dengan proses digital yang praktis. Bahkan untuk generasi muda yang akrab dengan ponsel, fitur-fitur ini menjadi daya tarik tersendiri.
Dalam beberapa tahun terakhir, saya mulai mempraktikkan hal yang lebih bermakna: mengganti angpao uang dengan hadiah Tabungan Emas untuk keluarga dan keponakan saat Hari Raya. Saya ingin mereka bukan hanya menerima uang, tetapi juga memahami bahwa emas adalah bentuk investasi jangka panjang yang bernilai. Hadiah berupa 0,1 gram emas mungkin tampak kecil, tapi nilainya bisa tumbuh seiring waktu.Â
Lebih dari itu, saya berharap mereka mulai mengenal dan mencintai kebiasaan menabung emas sejak dini.
Langkah ini bukan tanpa tantangan. Awalnya, sebagian keluarga bertanya-tanya mengapa saya tidak memberikan uang tunai saja. Namun setelah dijelaskan manfaatnya, banyak yang mulai tertarik dan bahkan ikut membuka Tabungan Emas sendiri.Â
Beberapa teman guru juga saya ajak untuk menyosialisasikan kebiasaan menabung emas kepada murid-murid dan wali murid. Ini menjadi bentuk kecil kontribusi saya dalam literasi keuangan masyarakat.