Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Cerita Pahit Lawson Menutup Ratusan Gerai di Indonesia

21 Mei 2025   14:49 Diperbarui: 21 Mei 2025   14:49 16007
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gerai Lawson ditutup,  Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Generative AI 

Ketika Kaleng Susu Itu Tak Lagi Manis

Di negeri asalnya, Jepang, Lawson berdiri tegak sebagai raksasa minimarket---ikon keseharian masyarakat urban. Dengan logo kaleng susu yang khas, Lawson tak hanya menjual kebutuhan harian, tapi juga menyimpan sejarah panjang yang manis: toko pertama yang didirikan oleh James "J.J." Lawson di Ohio, Amerika Serikat pada 1939, berawal dari penjualan susu segar. Kini, ia menjadi jaringan minimarket terbesar kedua di Jepang setelah 7-Eleven, dengan lebih dari 11 ribu gerai tersebar di seluruh negeri.

Namun, tak semua cerita manis bisa bertahan saat dibawa melintasi samudra. Di Indonesia, tahun 2024 menjadi tahun penuh luka bagi Lawson.

Senjakala Gerai Biru-Putih di Tanah Air

PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI), anak usaha Grup Alfamart, adalah operator Lawson di Indonesia. Pada 2023, Lawson sempat memiliki 674 gerai---angka yang cukup menjanjikan di tengah persaingan ketat pasar ritel Tanah Air. 

Namun, dalam waktu hanya satu tahun, angka itu anjlok drastis. Tepatnya 300 gerai ditutup, menyisakan hanya 374 yang bertahan di tahun 2024.

Penutupan itu setara dengan pengurangan 45 persen gerai, bukan angka kecil bagi sebuah merek yang sudah menancapkan identitasnya selama lebih dari satu dekade di Indonesia.

Apa yang salah?

Antara Ekspektasi dan Realita

Dalam laporan keuangan yang dirilis MIDI, tercatat bahwa kinerja Lawson berada jauh di bawah ekspektasi. Kerugian operasional mencapai Rp236 miliar pada 2024, bahkan melebihi proyeksi awal. Sementara pertumbuhan penjualan toko sejenis (SSSG) mencatatkan angka negatif selama tujuh kuartal berturut-turut sejak 2023.

Dari sisi kontribusi, Lawson hanya menyumbang sekitar 6,8 persen dari total pendapatan MIDI, kalah jauh dibandingkan Alfamidi yang menyumbang lebih dari 88 persen. 

Di tengah tekanan ekonomi, pergeseran perilaku belanja, dan persaingan superketat, keberadaan Lawson jadi beban yang tak lagi bisa ditopang dengan mudah.

MIDI pun mengambil keputusan besar: berhenti menjadi pengelola Lawson di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun