Kepemimpinan sejati lahir dari kebijaksanaan, bukan sekadar kekuasaan. Lihat bagaimana Ratu Balqis menimbang, berdiskusi, dan mengambil keputusan dengan tenang.
Kekuatan tak perlu dibanggakan. Nabi Sulaiman punya segalanya---manusia, jin, angin, bahkan burung---tapi ia tetap rendah hati dan menisbahkan segalanya kepada Allah.
Harta bukan tolok ukur kebenaran. Sulaiman menolak hadiah mewah. Yang ia bawa adalah kebenaran dan ilmu.
Setiap hati bisa mendapat hidayah. Asalkan mau berpikir, membuka mata, dan mengakui kebenaran dengan lapang dada.
Kisah Ratu Balqis dan Nabi Sulaiman mengajarkan kita bahwa perubahan hati adalah mungkin, bahkan bagi pemimpin sebesar dia.Â
Bahwa hidayah itu datang kepada siapa pun yang mencari kebenaran dengan hati bersih. Bahwa kekuasaan, kemewahan, dan pengaruh tak sebanding dengan nikmat mengenal Allah.
Menutup dengan Renungan
Ini bukan sekadar kisah masa lalu. Ini adalah wahyu Allah yang kekal, yang selalu relevan bagi kita. Mari kita jadikan kisah Ratu Balqis dan Nabi Sulaiman sebagai cermin.Â
Bahwa kekuatan sejati bukan terletak pada tahta, melainkan pada kerendahan hati dan pengakuan akan kebenaran.
Karena hidayah bisa hadir di mana saja, bahkan di tengah istana megah yang bersinar.
Semoga kisah ini bukan hanya kita baca, tapi juga kita resapi. Karena di dalamnya ada cermin bagi jiwa, ada panggilan bagi hati, dan ada pelajaran bagi siapa pun yang ingin hidup dengan kebijaksanaan dan iman.
Penulis: Merza Gamal, Kompasianer sejak 2008