Godaan Silaturahim dan Jamuan Makan
Salah satu alasan utama banyak orang melewatkan puasa Syawal adalah banyaknya undangan perayaan, halal bihalal, serta berbagai acara keluarga dan komunitas. Mereka khawatir akan dianggap tidak menghormati tuan rumah jika menolak hidangan yang disajikan. Namun, Rasulullah SAW telah memberikan solusi bijak dalam hal ini.Â
Beliau bersabda: "Jika salah seorang di antara kalian diundang, hadirilah! Apabila ia berpuasa, doakanlah! Dan apabila tidak berpuasa, makanlah!" (HR. Muslim). Hadis ini menunjukkan bahwa Islam sangat memperhatikan keseimbangan antara ibadah dan hubungan sosial.
Bagi mereka yang khawatir dengan undangan, ada cara mudah untuk tetap menjalankan puasa Syawal tanpa harus mengorbankan silaturahim. Salah satunya adalah menjadwalkan puasa pada hari-hari di mana tidak ada acara besar atau mengakhirkan puasa hingga setelah puncak perayaan Idul Fitri berlalu.Â
Mengatur strategi dengan baik akan memungkinkan kita untuk tetap menjalankan sunnah tanpa harus mengorbankan adab sosial.
Melewatkan Kesempatan Menyempurnakan Ramadan
Tidak ada manusia yang sempurna, begitu pula dalam ibadah. Selama Ramadan, mungkin ada hari-hari di mana kita kurang fokus, kurang khusyuk, atau bahkan lalai dalam menjaga ucapan dan perbuatan.Â
Puasa Syawal adalah kesempatan untuk menutupi kekurangan itu. Ibarat seorang pelukis yang masih memiliki beberapa bagian kosong di atas kanvasnya, puasa Syawal membantu kita melengkapi lukisan Ramadan agar lebih indah dan sempurna.
Selain itu, puasa ini juga menjadi bentuk rasa syukur kepada Allah SWT. Setelah diberi kesempatan menjalani Ramadan dengan penuh berkah, bukankah wajar jika kita menunjukkan rasa syukur dengan terus beribadah kepada-Nya?Â
Sayangnya, mereka yang tidak menjalankan puasa Syawal kehilangan kesempatan ini. Mereka seperti seseorang yang telah diberi hadiah besar tetapi memilih untuk tidak membukanya.
Kehilangan Momentum dan Kesempatan Berharga
Banyak orang merasakan perubahan besar dalam diri mereka selama Ramadan---lebih sabar, lebih mudah mengendalikan diri, dan lebih dekat dengan Allah SWT. Namun, seiring berjalannya waktu, tanpa adanya upaya untuk mempertahankan perubahan ini, kebiasaan lama kembali menguasai. Puasa Syawal adalah rem yang menahan kita agar tidak kembali pada rutinitas lama yang kurang produktif secara spiritual.