Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Pesona Pameran Karya Butet Kertaredjasa "Melik Nggendong Lali": Merawat Amarah Menjadi Berkah

11 Mei 2024   20:18 Diperbarui: 11 Mei 2024   20:29 2267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal (Photographer: Andriyanto & Taruli/Kopaja71)

Hari ini, bersama para Kompasianer yang bergabung dalam Komunitas Kopaja71 (Kompasianer Jakarta 71), saya memasuki ruang penuh inspirasi di Galeri Nasional. Di sana, Pameran Tunggal Butet Kartaredjasa, berjudul "Melik Nggendong Lali", memukau kami dengan kekuatan wirid visualnya.

Karya ini merupakan hasil dari 90 hari wirid visual yang dilakukan oleh Butet Kartaredjasa. Wirid ini tidaklah biasa; ia adalah sebuah rapalan doa yang tak henti-hentinya mengalir, sebuah doa untuk dirinya sendiri dan untuk negeri. Namun, apa yang membuat wirid ini begitu istimewa adalah cara Butet melaksanakannya.

Butet memulai ritualnya dengan menuliskan nama lengkapnya sendiri. "Bambang Ekolojo Butet Kartaredjasa," katanya, suaranya penuh dengan ketenangan. Namun, inilah yang membuat proses ini begitu unik; nama lengkap Butet tidaklah umum diketahui oleh semua orang.

Baca juga: Melawan Kesombongan

Hal tersebut bukanlah tugas yang mudah, karena kesalahan dalam menuliskan nama harus diulang dari awal. Saya sangat terpesona oleh dedikasi Butet terhadap proses ini. Setiap huruf yang ditulisnya adalah bagian dari sebuah doa yang mendalam, sebuah upaya untuk mencapai kesempurnaan spiritual.

Dan, dalam setiap kali menuliskan nama lengkapnya, Butet juga memberikan doa untuk negeri ini, seperti riuhnya kereta api di Stasiun Gambir yang terlihat dari jendela galeri.

Karya Butet Kertaredjasa di
Karya Butet Kertaredjasa di "Melik Nggendong Lali",  sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Pada kesempatan bertemu dengan kami dari Komunitas Kopaja71, Butet juga menyampaikan bahwa karya-karyanya yang dipamerkan dalam "Melik Nggendong Lali" tersebut merupakan rasa kecewa dan marah terhadap seorang pembohong di negeri tercinta ini.

Namun demikian, beliau melampiaskan kemarahan tersebut dengan "Merawat Amarah Menjadi Berkah" sehingga jadilah karya-karya yang luar biasa yang sebagian dipamerkan dalam pameran tersebut.

Dari penuturan Butet Kartaredjasa dapat diambil pelajaran bahwa kemarahan yang dirawat bukan sekedar dilampiaskan, akan menghasilkan karya-karya yang luar biasa, yang akhirnya akan mendatangkan berkah bagi kita maupun bagi alam semesta.

Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal (Photographer: Andriyanto/Kopaja71)
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal (Photographer: Andriyanto/Kopaja71)

Karya tersebut dipamerkan di Galeri Nasional, tempat yang penuh dengan karya seni rupa modern dan kontemporer, menjadi latar yang sempurna bagi ekspresi Butet. Di sini, pengunjung dapat merasakan kekuatan dan keheningan dari karya-karya tersebut, serta menyelami perjalanan spiritual dan artistik yang dilakukan oleh Butet Kartaredjasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun