Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Dari Ubi Kayu hingga Kemojo Role Tape

23 Oktober 2022   09:12 Diperbarui: 23 Oktober 2022   09:15 1091
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image: Ubi kayu yang baru dicabut dari tanah (by Merza Gamal)

Mendengar sebutan "ubi kayu", banyak Kompasianer yang tidak paham. Saat Kakek Merza dulu belajar biologi di sekolah menengah, "ubi kayu" dikenal dengan nama "manihot esculenta" atau "maniot utilissima". Saat ini, orang Indonesia lebih mengenalnya sebagai singkong.

Sebelum Indonesia swasembada pangan pada era 70'an, di beberapa daerah, ubi kayu merupakan makanan pokok masyarakat. Seperti juga jagung dan sagu yang menjadi makanan pokok di beberapa daerah Indonesia.

Ketika, beras menjadi primadona makanan pokok masyarakat Indonesia, ubi kayu atau singkong menjadi turun derajatnya, bahkan sering menjadi bahan ejekan kala itu untuk anak yang dianggap tidak selevel dengan sebutan "dasar anak singkong".

Namun, ketika resto dari Thailand marak di awal era 90'an, tiba-tiba singkong naik kelas. Di resto Thai, ada menu desert (hidangan penutup) yang terbuat dari singkong yang sangat digemari dan menjadi top menu, selain "mango sticky rice", yaitu "Thai sweet cassava". 

Menu tersebut akhirnya juga masuk ke rumah makan Minang dengan nama "Singkong Thailand". Namun tentu saja antara "Thai Sweet Cassava" di Resto Thai dengan "Singkong Thailand" di Rumah Makan Padang harganya jauh berbeda.


Image: Hidangan ala resto mahal
Image: Hidangan ala resto mahal "Thai Sweet Cassava" (by Merza Gamal)

Singkong Thailand terbuat dari potongan singkong yang direbus yang dilumuri dengan saus santan. Rasa singkong menjadi manis karena direbus bersama gula, kemudian dipadukan dengan gurihnya saus santan yang kental. Sebenarnya untuk menikmati camilan khas dari negeri seribu pagoda ini, Kompasianer tidak harus pergi ke resto Thailand karena kita bisa membuatnya sendiri di rumah.

Singkong setelah tidak lagi menjadi makanan pokok di beberapa daerah, selain ke Resto Thailand, orang juga bisa menikmati singkong berupa camilan-camilan ringan peneman minum kopi seperti singkong goreng dan singkong rebus, combro dan misro (di daerah Sunda), godok bagulo (di Riau dan Sumatera Barat), getuk lindri (di Jawa). 

ImageMakan singkong rebus dengan secangkir kopi sungguh nikmat (by Merza Gamal)
ImageMakan singkong rebus dengan secangkir kopi sungguh nikmat (by Merza Gamal)

Selain itu, singkong juga difermentasi, sehinga menjadi tape. Di Riau dan Sumatera Barat tape dari singkong dikenal dengan Tapai Ubi Kayu. Di beberapa Kabupaten di Sumatera Barat dikenal juga sebagai Tapai Pranci.

Membuat tape singkong tidaklah sulit, namun dibutuhkan kesabaran dalam perosesnya. Singkong yang telah dikupas dan dicuci bersih, dipotong-potong sesuai selera. 

Kemudian kukus singkong hingga matang, lalu biarkan hingga benar-benar dingin. Setelah itu pindahkan dan tata singkong di wadah plastik yang memiliki penutup. Taburi dengan ragi hingga merata dan tutup wadah. Simpan di dalam lemari makan yang gelap dan suhu ruangan. Diamkan selama 2-3 hari. Tape singkong pun sudah siap dinikmati.

Image: Ubi kayu yang telah mengalami proses fermentasi menjadi tape singkong (By Merza Gamal) caption
Image: Ubi kayu yang telah mengalami proses fermentasi menjadi tape singkong (By Merza Gamal) caption

Tape singkong biasanya diolah menjadi berbagai macam makanan, dicampur ke dalam minuman, atau dimakan begitu saja. Pada kesempatan ini Kakek Merza ingin mengajak Kompasianer untuk mengolah tape singkong menjadi Kemojo Ubi Kayu (Kemojo Role Tape).

Kemojo merupakan salah satu jenis bolu khas Pekanbaru, yang ditemukan di beberapa daerah di Propinsi Riau. Kue Bolu Kemojo ini cukup sederhana. Bolu ini berwarna hijau dan umumnya berbentuk seperti bunga dengan tekstur padat serta rasa yang manis yang kerap hadir di berbagai acara adat dan disajikan dalam jumlah yang banyak.

Rasa asli (original) kue Bolu Kemojo ini adalah rasa pandan dengan warna kue hijau. Kue ini kemudian dikembangkan dengan rasa lainnya seperti kue Bolu Kemojo rasa durian dan rasa pisang yang berwarna kuning. Dan Bolu Kemojo bisa pula dibuat dengan bahan dasar tape singkong.

Bagaimana membuatnya? Kali ini Kakek Merza akan berbagi resep Kemojo Ubi Kayu yang menjadi salah satu camilan dari Dapoer Kakek Merza jika mengundang sanak saudar minum teh bersama.

Image: Kemojo Role Tape buatan Kakek Merza (dokpri)
Image: Kemojo Role Tape buatan Kakek Merza (dokpri)

Bahan-bahan yang dibutuhkan adalah:

  • 120 gr gula pasir
  • 200 ml santan kental
  • 6 butir telor
  • 1 sdt garam
  • 250gr tape singkong yang dilumatkan
  • 100gr keju parut
  • 180 gr terigu + 1 sdt baking powder

Cara membuatnya:

  • Mixer gula pasir, santan k ental, telor, dan garam dalam bowl menjadi satu adonan;
  • Setelah adonan mengembang masukkan tape singkong dan keju parut;
  • Aduk rata adonan di atas sampai menyatu, lalu masukkan terigu;
  • Aduk pelan sampai tidak ada adonan yg menggumpal
  • Masukkan adonan dalam cetakan, atasnya bisa dtaburi parutan keju atau raisin (kismis) atau white chocolate;
  • Panggang 180derajat selama 40 menit.

Dan, Kemojo Ubi Kayu atau nama yang agak keren "Kemojo Role Tape) pun siap dihidangkan.


Selamat mencoba resep Kakek Merza, dan nikmati dengan secangkir teh di sore hari. Jangan lupa ajak Kakek Merza menikmatinya.

Terus Semangat!!!

Tetap Semangat...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun