Natuna merupakan ujung utara Negara Kesatuan Republik Indonesia. Natuna merupakan gugusan yang terdiri dari 154 pulau yang terdiri dari 27 (17,53 persen) dan 127 pulau (82,44 persen) tidak berpenghuni yang terhampar di selatan laut Tiongkok.
Natuna merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Kepulauan Riau. Secara geografis, Kabupaten Natuna berada di ujung utara bagian barat Negara Indonesia. Kabupaten Natuna merupakan salah satu kabupaten "terluar dan terdepan" yang dimiliki Indonesia yang berbatasan dengan Zona Ekslusif Ekonomi 7 negara yakni: Indonesia, Malaysia, Vietnam, Cambodia, Brunei, Philipina dan China.Â
Banyak masyarakat Indonesia sendiri, tidak tahu bahwa Natuna merupakan bagian NKRI. Sehingga tidak jarang yang mengira bahwa kepulauan yang kaya minyak dan gas alam ini merupakan bagian dari Negara Malaysia.
Dari 92 pulau-pulau kecil terluar penjaga perbatasan yang dimiliki Indonesia, Natuna memiliki 7 pulau, yaitu: Pulau Kelapa, Pulau Subi Kecil, Pulau Senoa, Pulau Sekatung, Pulau Sebetul, Pulau Semiun, dan Pulau Tokong Boro.
Dalam tulisan kali ini, Kakek Merza akan mengajak para Kompasianers untuk berkunjung ke Pulau Senoa yang merupakan salah satu dari 7 pulau terluar Indonesia yang berada di Gugusan Kepulauan Natuna, serta cerita legenda tentang Pulau Senoa tersebut.
Pulau Senoa atau masyarakat lokal lebih mengenalnya sebagai Pulau Senue termasuk  dalam wilayah Kecamatan Bunguran Timur. Pulau Senoa memiliki wujud yang khas, yakni seperti ibu hamil yang berbaring di tengah lautan.
Pulau Senoa menyimpan pesona keindahan yang luar biasa. Pantai berpasir putih dan dikelilingi oleh terumbu-terumbu karang yang indah. Letaknya tak begitu jauh dari pulau Bunguran Besar (tempat beradanya Ranai sebagai ibukota Kabupaten Natuna) yang hanya dipisahkan oleh Selat Senua, dengan lebar sekitar 2 -- 3 km.
Kita bisa menyewa kapal nelayan (pompong) atau speed boat dari Pelabuhan Tanjung Beruk untuk menteberang ke Pulau Senoa dengan biaya Rp 300-500 ribu pulang pergi. Waktu tempu dari Pelabuhan ke Pulau Senoa lebih kurang 15-30 menit.
Dalam perjalanan ke pulau Senoa, kita disuguhi pemandangan air laut yang jernih dengan terumbu karang yang indah. Ketika itu pula, kita disuguhi pesona gunung Ranai yang yang mempesona dengan batu raksasa dipuncaknya dengan jelas jika awan tebal tak menutupi puncaknya.
Pulau Senoa tak berpenghuni tetap, hanya ada beberapa orang yang tinggal untuk menjaga sarang burung walet dan mendiami rumah yang disediakan untuk keperluan wisata. Menara suar terletak di sisi pulau yang menandakan Pulau Senoa sebagai pulau terluar Indonesia.
Setelah tiba di Pulau Senoa, kita akan mendapi pantai dengan pasir yang benar-benar puti dan bersih. Di sini kita bisa berenang sepuasnya atau menikmati keindahan lautnya dengan snorkelling. Jika kita tidak membawa perlengkapan snorkelling, bisa disewa sebelum meneyeberang ke Pulau Senoa. Jika ingin diving, kita bisa melanjutkan perjalanan 10-15 menit dari daratan pulau Senoa untuk mendapatkan spot diving yang fantastik.
Pulau Senoa atau penduduk lokal Natuna menyebutnya Senue memiliki sebuah legenda yang tidak kalah menariknya. Dahulu kala hiduplah seorang wanita cantik Bernama Engku Fatimah yang dipersunting oleh Datuk Panglima Hitam. Namun sayangnya, walaupun Engku Fatimah cantik, tetapi mempunyai tabiat yang buruk yakni sangat pelit dan tidak mau membantu orang lain, sehingga masyarakat setempat menghindar untuk bertemu dengan beliau.
Suatu malam, saat Engku Fatimah sedang sendiri di rumah, dia mendengar suara memang-manggilnya. Ketika ia membukakan pintu muncullah sesosok makhluk raksasa berwarna hitam. Engku Fatima pun berteriak minta tolong kepada para tetangganya, tetapi tidak ada yang mau mendengarkan teriakan Sang Engku karena semua tetangganya tidak ingin bertemu dengan Engku Fatima yang sombong tersebut.
Oleh karena tidak ada satu tetangga pun yang muncul, Engku Fatima pun berlari ke arah laut menemui suaminya yang sedang melaut. Sang raksasa terus mengejar Sang Engku hingga bertemu suaminya. Kemudian terjadi duel antara Datuk Panglima Hitam dengan si Raksasa. Saat Sang Datuk mau menikam si Raksasa dengan kerisnya, pas Sang Engku berada di tengah hingga akhirnya yang tertusuk adalah Engku Fatima istri Datuk Panglima Hitam, dan tersungkurlah Sang Engku di lautan dalam posisi terbaring.
Menurut mitos dalam masyarakat Natuna, begitulah legenda adanya Pulau Senoa yang mirip ibu hamil yang terbaring di tengah lautan. Mitos lain yang dipercaya olehmasyarakat terhadap Pulau Senoa adalah pantang berkata-kata kasar atau tidak berkata tidakbaikatau pun bertengkar saat berada di Pulau Senoa tersebut karean akan dapat menimbulkan malapetaka.
Menarik bukan legendanya, semenarik pasir putih, air laut yang jernih, kelapa muda yang sedap di Pulau Senoa ini.
Ayo kita ke Natuna, ujung Utara Negara Kesatuan Republik Indonesia yang menjadi rebutan banyak negara, tetapi jarang dikenal oleh masyarakat Indonesia sendiri. Jika ke Natuna janga lupa menyeberang ke Pulau Senoa yang terletak tepat di seberang Tapak Natuna yang terletak dalam kawasan Natuna Dive Resort.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H