Mohon tunggu...
I Ketut Merta Mupu
I Ketut Merta Mupu Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendamping Sosial PKH Kementerian Sosial RI

Alumni UNHI. Lelaki sederhana dan blak-blakan. Youtube : Merta Mupu Ngoceh https://youtube.com/@Merta_Mupu_Ngoceh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Alasan Mimpi Menggunakan Bahasa Simbol (Berdasarkan Tradisi Bali)

12 Juli 2017   17:22 Diperbarui: 13 Juli 2017   20:52 1851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: astral.lv

Sebagaimana kita ketahui, mimpi sarat dengan bahasa simbol, bahasa sandi, bahasa isyarat ataupun bahasa kiasan yang sulit dimengerti. Wolfgang Bock bahkan menyebut mimpi sebagai bahasa sandi Tuhan. Apapun istilah yang digunakan kita sederhanakan dengan sebutan bahasa simbol untuk menyederhanakan pembahasan.

Teori Jung mengajarkan bahwa mimpi merupakan gambar yang harus dipahami secara simbolis dan pola dasar insting yang mendorong terbukanya sebuah simbol (Hisyam, 2010:12. 'Tarot Psikologi'). "Simbol adalah bahasa mimpi. Dalam mimpi, ketidaksadaran terungkap dalam simbol-simbol dan kunci untuk memahami mimpi, yaitu pengetahuan tentang simbol." (Boa, 1992 dalam Hisyam, 2010:14).

Mimpi yang sarat dengan bahasa simbol akan menimbulkan suatu pertanyaan dalam benak kita; mengapa mimpi menggunakan bahasa simbol? Mengapa tidak diungkap secara langsung oleh mahkluk suci yang memberi petunjuk ataupun pikiran alam bawah sadar kita?

Sulit untuk menjawab pertanyaan menyelidik tersebut, seakan mahkluk suci sang pemberi mimpi tidak berkenan secara langsung memberitahu apa yang akan terjadi maupun apa yang harus dilakukan, meski hal ini ada kalanya terjadi tetapi sangat jarang kita alami. Untuk menjawab persoalan tersebut saya mencoba mencari sumber terpercaya, selain itu juga mencoba menggali berdasarkan pengalaman pribadi.

Awalnya saya beranggapan bahwa mimpi menggunakan bahasa simbol akibat kita tidak mampu berkomunikasi dengan mahkluk gaib, mahkluk suci pemberi mimpi. Sebagaimana kita berkomunikasi dengan orang bisu dan tuli, kita mesti menggunakan gerak tangan agar orang tuli dan bisu mampu memahami apa yang hendak kita sampaikan. Meskipun kita pandai berbicara atau menggunakan bahasa halus sekalipun, orang tuli dan bisu tidak akan mampu memahami apa yang kita bicarakan. Namun dengan gerak tangan maka orang tuli dan bisu akan mengerti maksud kita. Perbandingannya; anggaplah kita yang normal sebagai mahkluk gaib, sedangkan orang tuli dan bisu itu orang yang mimpi.

Bisa dikatakan mimpi layaknya rambu-rambu lalu lintas penuh dengan bahasa simbol, baik berupa gambar maupun tulisan. Seseorang akan cepat paham dengan rambu-rambu lalu lintas dibandingkan membaca tulisan yang panjang saat mengendarai kendaraan atau mendengar kata-kata saat dipenuhi suara bising kendaraan. Bersyukur apabila sedang diam di perempatan jalan, bagaimana bila sedang berjalan cepat berkendaraan? 

Tentu kita membutuhkan simbol yang bisa kita pahami dalam waktu singkat. Demikian pula halnya dengan mimpi, kita bisa memahami dan mengerti dengan maksud yang disampaikan mahkluk suci sang pemberi mimpi maupun pikiran alam bawah sadar dengan bahasa simbol pada saat sedang tidur. Sebagaimana diketahui, menurut penelitian bahwa mimpi terjadi dalam waktu singkat meski dalam mimpi waktu seolah-olah berlangsung lama.

Anggapan di atas mulai menemukan titik terang setelah membaca buku Psikologi Yoga, di mana dalam buku tersebut juga mengupas sepintas tentang mimpi yang ditulis oleh tokoh spiritual India, P.R Sarkar atau lebih dikenal Shrii Shri Ananda Murti. Beliau membagi pikiran menjadi tiga lapisan; pikiran sadar, alam bawah sadar, dan pikiran tak sadar atau pikiran kausal. Mimpi merupakan pengalaman pikiran alam bawah sadar maupun pikiran kausal yang maha tahu yang kemudian diterima oleh pikiran sadar untuk ditafsirkan.

Shrii Shri Ananda Murti menyatakan bahwa... ketika seseorang berada dalam keadaan tidur yang dalam, pertanda suatu bencana besar atau berita-berita baik atau buruk dapat muncul dalam pikiran bawah sadar melalui mimpi. Pikiran kausal yang penuh pengetahuan atau pikiran tak sadar ini tidak mampu mengungkapkan mahapengetahuannya karena goyahnya pikiran sadar dan pikiran bawah sadar, dan karena ketidakmampuannya sendiri untuk berekspresi.

Namun pikiran kausal ini dapat membangunkan penglihatan-penglihatan dan pertanda kejadian-kejadian masa lalu, masa sekarang atau masa depan dalam pikiran sadar atau bawah sadar seseorang yang sedang tidur dalam, tentu ini dapat melibatkan atau mengesankan orang itu secara mendalam sekali. Derasnya aliran getaran bersumber dari pikiran tak sadar dan menggetarkan pikiran bawah sadar juga merupakan sejenis mimpi. Mimpi-mimpi demikian bukannya tanpa arti karena bersumber dari pikiran kausal yang mahatahu. Ini disebut sebagai "penglihatan supramental".

Hal tersebut dapat dimaknai bahwa mimpi menggunakan bahasa simbol akibat ketidakmampuan pikiran sadar menerima informasi dari alam bawah sadar maupun pikiran tak sadar atau pikiran kausal yang mahatahu akibat goyahnya pikiran sadar. Dengan demikian Shrii Shri Ananda Murti berpandangan bahwa petunjuk dalam mimpi datang dari pikiran kausal yang mahatahu. Sedangkan pandangan umum mimpi cenderung dianggap datang dari petunjuk Hyang Kuasa maupun leluhur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun