Mohon tunggu...
Merguh Ramadhan
Merguh Ramadhan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswa

billionaire wannabe

Selanjutnya

Tutup

Financial

Memajukan Perekonomian Indonesia Melalui Pendidikan Literasi Finansial

9 Januari 2021   18:28 Diperbarui: 9 Januari 2021   18:50 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Majunya perekonomian di suatu negara selain mengandalkan kebijakan dari yang berkewenangan tentunya juga harus di dukung oleh perkembangan sumber daya manusia dari negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi yang mengacu pada investasi manusia ini biasa disebut dengan pertumbuhan endogen, pertumbuhan endogen ini sangat tepat apabila diterapkan oleh negara-negara berkembang termasuk negara Indonesia yang dimana dari pertumbuhan endogen ini diharapkan meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia.

Terlebih lagi dengan memuncaknya bonus demografi di Indonesia pada tahun 2045 di mana jumlah penduduk usia produktif lebih besar dibandingkan penduduk usia tak produktif. Saat ini, ada 32% Milenial dan 33% Gen-Z dari total 226 juta jiwa masyarakat di Indonesia. Sebuah kesempatan emas yang harus dipersiakan dari sekarang.

Telah banyak upaya pemerintah dalam mewujudkan kemajuan perekonomian di Indonesia, termasuk dalam dunia pendidikan. Pendidikan sendiri merupakan investasi jangka panjang yang sangat penting dari suatu negara. Tetapi sangat disayangkan bahwa Indonesia masih kurang menerapkan tentang dasar-dasar dari pentingnya pendidikan finansial pada anak-anak muda dan millennial.

Berdasarkan data survey yang dilakukan OJK tentang pendidikan finansial pada tahun 2019 Indonesia baru menyentuh 38,03% dan 76,19% pada Indeks inklusi keuangan yang keduanya meningkat dari 29,7% dan 67,8% dari tahun 2016, singkatnya hanya sekitar 38 dari 100 orang Indonesia yang paham tentang pentingnya pendidikan finansial.

Selain itu survey OJK terhadap strata wilayah, untuk perkotaan indeks literasi keuangan menyentuh angka 41,41% dan inklusi keuangan masyarakat perkotaan sebesar 83,60%, sedangkan indeks literasi dan inklusi keuangan masyarakat perdesaan adalah 34,53% dan 68,49%. Hasil survei juga menunjukkan bahwa berdasarkan gender indeks literasi dan inklusi keuangan laki-laki sebesar 39,94% dan 77,24%, relatif lebih tinggi dibanding perempuan sebesar 36,13% dan 75,15%.

Beberapa hasil menunjukkan bahwa tingkat literasi keuangan berkorelasi positif dengan tingkat pendapatan. Sebagian besar rumah tangga berpenghasilan rendah memiliki tingkat literasi keuangan dasar yang rendah. Sementara itu, sebagian besar rumah tangga berpenghasilan tinggi memiliki tingkat literasi keuangan dasar yang tinggi, namun tidak demikian halnya dengan indeks literasi keuangan lanjutan yang tingkat literasi keuangannya berkorelasi lemah dengan tingkat pendapatan. Selain itu, hasil survei ini menunjukkan tingkat literasi keuangan tingkat lanjut yang sangat rendah dan hal ini sejalan dengan sangat terbatasnya kepemilikan responden atas produk keuangan yang kompleks tersebut.

Dengan literasi dan pendidikan finansial ini sendiri adalah untuk mengajarkan kepada setiap individu akan kesadaran untuk mengelola keuangan dan aset-aset yang mereka punya. Selain itu menurut OJK orang yang sudah melek finansial adalah mereka yang telah memiliki pengetahuan tentang lembaga keuangan, produk-produk dari keuangan, keunggulan, resiko, serta dapat mengambil keputusan yang lebih efisien dan efektif agar mensejahterakan baik secara individu maupun secara sosial.

Tidak dapat dipungkiri bahwa persentase anak muda dan millennial Indonesia yang telah melek finansial masih tergolong rendah, Riset OJK menunjukkan, kalangan milenial usia 18-25 tahun hanya memiliki tingkat literasi sebesar 32,1%, sedangkan usia 25-35 tahun memiliki tingkat literasi sebesar 33,5%. Sedangkan persentase millennial saat ini adalah 24% dari total penduduk Indonesia atau setara dengan 64 juta.

Selain itu data Riset yang dirilis oleh Alvara Research pada tahun 2017, menyatakan bahwa, tabungan adalah produk keuangan yang paling diingat oleh generasi muda kini. Akan tetapi, menurut riset IDN Research Institute pada tahun 2019, ternyata hanya 10,17% dari pendapatan yang disisihkan oleh generasi milenial dan Gen-Z sebagai tabungan, sedangkan 51,1% dihabiskan untuk kebutuhan bulanan.

Jika kita lihat dari peristiwa pandemic COVID-19 dimana menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Maret 2020 terjadi kenaikan angka penduduk miskin sejumlah 1,63 juta penduduk jika dibandingkan dengan periode September 2019. Secara persentase penduduk miskin di Indonesia pada saat pandemi melanda menjadi 9,78% meningkat 0,56% jika dibandingkan dengan September 2019.

Berdasarkan hal ini seharusnya menjadi pelajaran bagi Milenial dan Gen-Z Indonesia untuk lebih memperhatikan lagi cara mereka mengelola keuangan, dan juga dana darurat karena apabila terjadi suatu hal yang dapat menyebabkan ketidakstabilan perekonomian negara maupun global, mereka dapat mengantisipasi hali tersebut dan dapat mengurangi peningkatan jumlah penduduk miskin ketika Indonesia sedang dilanda krisis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun