Kita Umat Katolik memasuki 40 hari perjalanan tobat. Perjalanan ini diawali dengan abu (Cinerum) karena kita fana seperti abu.Â
Kesempatan membenah diri. Kembali ke bagian yang paling tersembunyi. Menengok ke dalam.Â
Ini juga waktu untuk memurnikan yang selalu dirahasiakan. Kita butuh kesadaran diri karena kita mahluk terbatas.Â
Kita sering jatuh ke dalam kesalahan. Kita hanya manusia biasa. Kita makhluk terbatas dan rapuh. Kita gampang jatuh. Kita lalai dan berbuat salah.Â
Kita tidak perlu berbelit. Tidak juga berdalih atau berlama-lama dalam hal yang sama.Â
Yang penting ada niat diri untuk bangun lagi. Angkat muka dan memandang ke depan dengan harapan baru.Â
Empat puluh hari hanyalah waktu yg terbatas. Terbatas dari kebiasaan-kebiasaan.Â
Kita punya dosa. Kita punya kelemahan. Janganlah kita menghukum diri dan merendahkan orang lain.Â
Kita hanya butuh kontrol diri. Perlu tahu diri. Kita juga harus membatasi diri karena kita bukan siapa-siapa.Â
Firman Kudus mengingatkan kita bahwa "Roh kuat tetapi daging lemah." Ini adalah kontradiksi diri kita. Â
Di masa tobat ini, kita butuh tiga hal ini: 1). rendah hati, 2.) rendah hati, 3.) rendah hati.Â