Mohon tunggu...
Merah Benar
Merah Benar Mohon Tunggu... -

Yes my name is merah benar and yes that's for real but no i aint born with red body or else | Public Relations Student

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Fashion As The New Dynamic Sectors Of Indonesian Creative Economy

24 November 2014   18:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:59 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Ekonomi Kreatif adalah sebuah konsep di era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan pengetahuan dari sumber daya manusia sebagai faktor produksi yang utama. Konsep ini biasanya akan didukung dengan keberadaan ekonomi kreatif yang menjadi pengejawantahannya. Seiring berjalannya waktu, perkembangan ekonomi sampai pada taraf ekonomi kreatif setelah beberapa waktu sebelumnya, dunia dihadapi dengan konsep ekonomi informasi yang mana informasi menjadi hal yang utama dalam pengembangan ekonomi.
Kontribusi ekspor didominasi oleh Subsektor Busana dan Kerajinan. Rata-rata kontribusi ekspor Fesyen terhadap ekspor ekonomi kreatif tahun 2002-2010 sebesar 61,1% dan Kerajinan sebesar 35,5%.  Ekspor Fesyen tertinggi disumbangkan oleh produk-produk pakaian jadi dan alas kaki. Ekspor pakaian jadi tahun 2010 mencapai Rp 21,9 trilyun, dan ekspor alas kaki mencapai Rp 18 trilyun. Sementara ekspor Kerajinan tertinggi disumbangkan oleh produk-produk furniture dari kayu, rotan, dan bambu. Ekspor furniture kayu tahun 2010 mencapai Rp 25,1 trilyun. Nilai ini merupakan yang tertinggi dari seluruh produk ekspor ekonomi kreatif di tahun 2010. Ekspor furniture rotan dan bambu mencapai Rp 5,7 trilyun. Subsektor yang cukup tinggi kontribusi ekspornya, diluar kedua subsektor dominan Kerajinan dan Fesyen, adalah subsektor Desain dan subsektor Periklanan. Desain kemasan kertas dan karton menyumbang ekspor sebesar Rp 1,8 trilyun di tahun 2010. Subsektor jasa periklanan mencatatkan nilai ekspor sebesar Rp 195 miliar.
Dibandingkan dengan kota mode Asia lainnya ini seperti Jepang, Hong Kong, Korea dan China yang telah dikenal di seluruh dunia; Industri fashion di Indonesia kurang berpengaruh untuk menjadi dianggap sebagai kota mode dunia. pada tahun 2000-an, fashion Indonesia telah sangat meningkat, terbukti dengan keberhasilan busana acara minggu di Jakarta, Bali dan diikuti oleh festival lainnya dari fashion dan budaya.   Jakarta adalah ibu kota Indonesia yang menjadi pusat ekonomi, politik, dan budaya Indonesia. Berbagai kelompok etnis di Jakarta berdampak pada budaya untuk memiliki gaya hidup yang berbeda dan bersemangat. Beberapa pameran seni dan budaya diselenggarakan di kota termasuk Jakarta Fashion Week yang didirikan pada tahun 2007 oleh Femina Group (penerbit majalah terkemuka). Fashion show, pameran, dan lomba desain busana ini telah menjadi salah satu kegiatan besar di mana desainer di seluruh negeri menampilkan kreasi mereka untuk menarik klien domestik dan internasional.  Berbeda dengan Jakarta; Bali adalah kota pariwisata dari Indonesia, yang terkenal karena kekayaan budaya dan tradisinya. Banjir wisatawan menarik banyak budaya dan tradisi, gerakan kreatif di kota dapat menarik seniman dari pasar domestik dan internasional. Bali Fashion Week telah menarik wisatawan dan pembeli dari seluruh dunia; Kedua kota ini memiliki satu fitur serupa yang menentukan karakteristik fashion di Indonesia. Sebuah budaya tradisional yang solid yang sangat mempengaruhi perkembangan seni rupa termasuk mode scene di Indonesia, banyak seniman visual dan perancang busana mengambil unsur etnik sebagai inspirasi mereka dan memasukkan ke dalam kreasi mereka. Produsen dalam negeri terutama UKM jarang dapat bersaing dengan produsen asing yang didanai karena sebagian besar produksi merupakan buatan tangan, kualitas produk ini tak tertandingi karena sebagian besar produk terbaik adalah untuk ekspor. Sebagai contoh, industri sepatu yang mendominasi adalah sepatu olahraga karena mengikuti apa permintaan eksportir. Ini adalah salah satu alasan utama mengapa industri fashion sedang dimonopoli oleh merek asing. Banyak UKM masih berbasis industri rmahan dengan manajemen tradisional  dan menggunakan proses produksi manual. UKM di Indonesia biasanya berukuran sangat kecil mulai dari rumah dengan kurang dari 50 buruh terdiri dari anggota keluarga atau pekerja per jam. Sebagian besar memproduksi barang-barang konsumsi rendah tanpa spesialisasi atau subkontrak dengan produsen besar. Konsumen Indonesia kebanyakan kurang berminat terhadap produk lokal yang dibuat, mereka lebih memilih untuk memiliki merek asing karena tuntutan sosial dan kurangnya kesadaran merk. Sumber merk desainer adalah ceruk pasar yang hanya dihitung kurang dari 10% dari penduduk negara, sementara sebagian besar penduduk berada dalam pendapatan menengah yang tidak mampu dan atau tidak menyadari untuk memiliki merk desainer lokal.  

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun