Mendengarkan keluhan dan kebutuhan pasien memungkinkan petugas kesehatan untuk memberikan pelayanan yang lebih tepat sasaran dan efektif. Dengan memahami masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat setempat, Puskesmas dapat mengembangkan program dan inovasi yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik wilayah kerjanya. Memahami kebutuhan ibu hamil dan balita sangat penting untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak. Pelayanan yang baik dan responsif akan meningkatkan kepuasan pasien, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap Puskesmas.
Hal ini yang sedang digadang-gadang oleh Puskesmas Singotrunan demi mewujudkan keselarasan dan hasil yang efektif untuk kesejahteraan dan kesehatan masyarakat Banyuwangi dengan dimulainya dari unit pertama atau garda terdepan dalam pelayanan kesehatan, yaitu Puskesmas.Â
Kami kelompok 8 Komunikasi Kesehatan Kedokteran FIKKIA Universitas Airlangga yang terdiri dari saya, Bira dan keenam rekan saya, yaitu Berlyan, Rani, Sakti, Rafa, Darrel, dan Tyo berkesempatan untuk melakukan field trip yang berisi pengamatan cara berkomunikasi antara tenaga kesehatan yang bertugas dari awal pasien datang hingga menunggu obat terutama dokter dengan pasien yang datang untuk menyelesaikan masalah kesehatan. Hal-hal yang kami observasi akan saya tuangkan dalam artikel berikut agar masyarakat luas lebih percaya lagi dengan hadirnya puskesmas sebagai garda terdepan bagi pelayanan kesehatan.Â
Puskesmas Singotrunan memiliki poli umum, poli gigi, poli KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), laboratorium dasar, apotek, dan ruang promkes (promosi kesehatan). Sebagai jembatan pertama untuk masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai fasilitas di Puskesmas terbilang cukup dan hal tersebut didukung oleh upaya agar terjadinya keselarasan dan hasil yang efektif sesuai dengan kebutuhan masyarakat , yaitu dengan komunikasi efektif dengan cara memusatkan perhatian dan usaha kepada pasien. Mendengarkan secara aktif, hal ini memberikan kemudahan petugas kesehatan untuk mendapatkan informasi yang akurat dan relevan untuk membuat diagnosis yang tepat dan memberikan perawatan yang sesuai. Selain itu, mendengarkan pasien dapat membangun kepercayaan dan hubungan yang baik antara petugas kesehatan dan pasien, yang dapat meningkatkan kepuasan pasien dan hasil perawatan. Selain itu, pemahaman yang baik dapat membantu petugas kesehatan untuk mengidentifikasi potensi masalah kesehatan yang mungkin tidak diungkapkan secara langsung oleh pasien. Melayani juga berarti menghormati hak-hak pasien dan memberikan pelayanan tanpa diskriminasi.
Observasi yang saya lakukan antara tenaga kesehatan dengan pasien dimulai dari poli umum dan melakukan pengamatan selama 30 menit, di poli umum saya melihat sekitar 5 orang datang dengan keluhan utama yang berbeda-beda untuk berkonsultasi dan mengeluhkan sakitnya pada dokter dengan diawali dengan bahasa umum. Bagi beberapa orang awam semua penyebab dapat dikaitkan dengan penyakit, dan hal tersebut memberikan sugesti ke pasien dan terkadang pasien merasa panik dan takut, hal tersebut tidak membuat dokter Indah kesulitan dalam membantu pasien, dokter Indah selalu melakukan komunikasi terapeutik dan pendekatan secara verbal dengan bahasa umum yang mudah tanpa ada bahasa medis yang membingungkan pasien, dan dokter Indah selalu mengawalinya dengan kalimat yang menenangkan pada pasien dan akhirnya pasien mengerti dan setuju harus melakukan apa selanjutnya apabila dibutuhkan penanganan lanjutan. Saya tidak hanya menyoroti bagaimana cara komunikasi antara dokter dengan pasien saya juga menyoroti komunikasi antara perawat dengan pasien di poli umum, perawat memberikan dan menjelaskan informasi ke pasien dengan runtut dan jelas tentang apa yang harus dilakukan oleh pasien, yaitu cara minum obat, tindakan selanjutnya, dan surat kontrol bagi pasien yang membutuhkan. Hal tersebut tidak  hanya terjadi di poli umum, di poli kedua dan ketiga, yaitu poli gigi saya juga mengamati komunikasi terapeutik yang dilakukan dokter gigi Nora terhadap pasien dan juga perawat yang mendampingi dokter di ruangan memberikan tempat terbuka kepada pasien untuk menceritakan keluhannya dan mencatat setiap keluhan dengan lengkap dan runtut tanpa ada yang ditambah maupun dikurangi. Tibalah saya di poli terakhir, yaitu poli KIA yang berfokus pada kesehatan ibu dan anak, saat masa kehamilan, melahirkan, pasca melahirkan, dan juga anak-anak. Poli ini sangat membutuhkan komunikasi terapeutik tidak hanya untuk menenangkan dan persetujuan tapi juga untuk mendapatkan kepercayaan pasien agar pasien mau terbuka saat bercerita maupun saat dilakukan tindakan. Ibu bidan, Bu Siti merupakan sosok tepat dengan komunikasi terapeutik dan naluri seorang ibu yang saya juga merasakan hangatnya beliau merangkul setiap keluhan yang datang dan yang mendampingi Ibu Siti bertugas juga sangat komunikatif pada pasien. Selain itu, saya juga menyoroti alur pasien dari awal datang hingga menunggu obat dalam puskesmas yang dipermudah oleh resepsionis dan staf apoteker. Setiap pasien lama yang datang atau sudah pernah berkonsultasi di poli manapun merasa mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapannya, dan hal tersebut merupakan hasil dari komunikasi yang efektif antara tenaga kesehatan dengan pasien yang datang. Â
Sayangnya, informasi seperti ini jarang diterima masyarakat karena informasi yang sampai ke masyarakat hanyalah informasi yang buruk saja dengan itu adanya harapan dari penulisan artikel ini dapat disorot oleh masyarakat untuk membangun rasa percaya terhadap pelayanan puskesmas, terlebih Puskesmas Singotrunan sebagai garda terdepan pelayanan kesehatan. Informasi positif tentang pelayanan yang sudah berjalan baik perlu lebih gencar disebabkan.Â
Adanya harapan agar pemimpin masyarakat dari skala kecil ke besar juga memberikan kemudahan terhadap akses informasi tidak hanya dalam bentuk digital saja tapi melakukannya dengan langsung terjun memberikan edukasi lisan, literasi, dan media cetak. Â Dengan dukungan dari seluruh elemen masyarakat dan pemimpin setempat, diharapkan kepercayaan dan akses terhadap pelayanan Puskesmas dapat terus meningkat, sehingga kesehatan masyarakat secara keseluruhan menjadi lebih terjaga dan meningkat kualitasnya.
Puskesmas Singotrunan membuktikan bahwa komunikasi efektif dan empati menjadi problem solver utama dan pertama dapat berjalan optimal dan memberikan dampak positif bagi masyarakat Banyuwangi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI