Mohon tunggu...
Andayo Ahdar Notes
Andayo Ahdar Notes Mohon Tunggu... Freelancer - menulis, membaca satu paket untuk melihat bangsa

membaca dan menulis, semuanya penting. tuk menatap peradaban

Selanjutnya

Tutup

Diary

PPPK, Ibuku, dan Aku

11 Oktober 2023   13:10 Diperbarui: 17 Oktober 2023   05:22 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"i" PTS kelas 6B SDN Bontoramba Kec. Somba Opu (dokpri)

Beberapa bulan vakum tak menulis padahal pada bulan-bulan itu begitu banyak hal yang sangat penting hingga peristiwa bersejarah dari bangsa tercinta ini. Vakum tak menulis terjeda oleh beberapa kegiatan yang cukup menyita waktu dan pikiran yang mengharuskan focus. Hingga hal-hal yang ingin ditulis kan hanya tersimpan di hati dan pikiran dengan berusaha  memaknai hari demi hari itu.

Saat ini di sela waktu kerja dengan membersamai anak-anak belia pada lingkungan kerja yang baru.  Suasana baru, aturan baru dan tentunya butuh ide-ide yang baru pula.  Beradaptasi membutuhkan waktu agar bisa menyesuaikan dengan situasi dan kondisi. Tentunya lain ladang, lain belalang, lain ikan, lain lubuknya. Semuanya perlu sosialisasi agar berjalan normal adanya. Namun tetap ada harap untuk perubahan lebih baik lagi.

'I
'I" fokus ujian (dokpri)

Keberadaanku hari ini merupakan flashback dari  kisah hidup beberapa  tahun silam.  Ketika masih bersama ibuku saat beliau masih terbaring lunglai di rumah sakit.   Setelah kematian Bapak, kondisi ibupun mulai menurun hingga harus keluar masuk rumah sakit. Namun pada saat itu, sakit yag dideritanya kian bertambah. Meski demikian beliau tidak lupa untuk beribadah walau harus dituntun. Masih bisa bercerita dan menyampaikan pesan-pesan . Dan ternyata pesan itu menjadi sangat penting.  Dalam sakitnya, beliau bercerita dengan ditmipali embun disudut-sudut matanya. Lirih. Terlukislah gurat-gurat rindu dan haru ketika menatapnya. Dan dengan membiarkannya terus bercerita tentang banyak hal. Keluarga, kenangan akan bapak, tentang anak cucunya.  Salah satu pesannya. Sambil berbaring, beliau berkata dengan dialek Bahasa Indonesia versi Makassar . "Nak, daftarki nah lamaran untuk guru, ku doakanki lulus dan menjadi guru banyak pahala kebaiknnya Nak" Hanya terdiam mendengarkan pesannya. Beliau tahu bahwa saya tidak begitu tertarik untuk mendaftar PPPK. Namun pesannya kali ini membuatku tak kuasa untuk menolaknya.lalu lanjut berpesan lagi. "karena bisajiki itu lanjutkan usaha lain sambil mengajar juga". Dalam tatapan sendunya penuh harap. Lalu tak ada kata lain selain berkata "iye, mak  istirahat maki dan nanti jangan lupa makanki lagi." Sambil merapikan tempat tidurnya.  Suasana hening pada kamar yang berkapasitas dua tempat tidur pasien yang hanya terisi satu yaitu ibuku.  Beberapa bulan di waktu itu, pekerjaanku di hiasi izin untuk mengurus orang tua kami yang terkulai sakit. Pikiran pun berkecamuk. Obsesi untuk focus memiliki usaha sementara Ibuku menginginkanku untuk menjadi seorang guru sambil menjalankan usaha.

Terdiam beberapa saat dan merenungkan pesan  yang telah  disampaikannya.  Ternyata istriku dan adikku mempersiapkan berkas adminstrasi untuk ujian PPPK. Mulai dari scan berkas hingga upload kartu ujian. Dan  takdir Allah menetapkan tepat tanggal 6 Desember 2021, Ibuku menghadap Rabbnya. Tangis kami kembali berderai  setelah 4 bulan sebelumnya, Bapak berpulang menuju peristirahatan terakhirnya. 

Pada tanggal 7 Desember 2021, hari pelaksanaan ujian PPPK, bertepatan  hari pemakaman  Ibuku. Sang adikku  pun mengingatkan untuk melapor kembali untuk dijadwalkan ujian susulan PPPK.  Setelah, pemakaman usai  bergegas untuk menyampaikan perihal  mengikuti ujian susulan. Sesampainya di tempat ujian bertemu dengan panitia. Panitia ujian pun berkata ada  beberapa orang yang akan ujian susulan namun syaratnya mengirimkan foto kematian ibu sebagai perizinan atau untuk alasan tidak mengikuti ujian saat itu.

Sepekan kemudian ujian berlangsung.  Keikutan sertaanku ujian tak diketahui oleh rekan-rekan guru di tempatku mengajar sebelumnya. Dan Alhamdulillah dinyatakan lulus PPPK bersama 700an orang.  Keluluasanku akhirnya diketahui juga oleh orang lain. Terutama rekan- rekan guruku. Mereka terkejut karena selama ini tak pernah terdengar ikut mendaftat PPPK.

Beberapa bulan setelah kelulusan, menanti pemberian SK pengangkatan PPPK, diadkan pemberkasan adminstrasi dan pendataan. Rekan-rekan yang terangkat PPPK berjibaku dan saling bahu membahu  melengkapi segala macam berkas yang ingin di lengkapi. Kekompakan sangat terlihat diantara mereka. Meski banyak yang saling tak kenal rupa. Hanya lewat media social sebagai penghimpun dalam grup. Ukhuwah terjalin apik. Masya Allah. Terutama mereka yang berperan sebagai tim IT atau penginput data. Waktunya banyak berkonsentrasi melayani sesama PPPK. Semoga Allah subhanahu wata ala memeberikan pahala dan keberkahan atas usaha mereka. Amin. Tanggal 3 September 2023. Resmilah menjadi guru PPPK dan bertugas pada SDN Bontoramba Kec. Somba Opu, Kab. Gowa. Prov. Sulawesi Selatan.

"I"prakarya siswa (dokpri)

Sesuatu hal yang tak pernah terpikirkan semasa kecil. Di masa setiap anak-anak terobsesi untuk menjadi seperti yang mereka cita-citakan. Seperti ingin menjadi Dokter, Polisi, Tentara. Pengusaha, Guru dan lainnya. Begitu pula diriku yang bercita-cita menjadi seorang pilot. Tak pernah terbesit dalam hati sekalipun untuk menjadi seorang Guru. Di masa kecil. Bapak yang bekerja sebagai pegawai Kehutanan pernah ditugaskan  di propinsi lainya selama beberapa tahun. Sesekali beliau pulang untuk bersua dengan kami. Sementara ibu  berprofesi sebagai Guru. Faktor egoku dan hal yang membuat ibuku tersenyum tipis dan menghela napas panjang saat  berkata "tidak mauja menjadi guru, guru miskin, sedikit gajinya.". begitu terus terulang saat ingin memninta sesuatu namun tak terpenuhi. Sesuatu yang tak patut dicontoh. Tentunya dosaku pada masa kecil yang meneteskan air mata saat mengenangnya.

Berselang beberapa tahun kemudian pemahaman tentang cita-cita mulai berkembang. masa-masa kuliah begitu banyak menginspirasi untuk menjai sesuatu  atau beberapa profesi yang kelak akan dijalankan. Diantaranya sebagai : Jurnalis, Saintis, arkeolog, dosen. entrepreneur dan guru menjadi pilihan terakhir setelah sarjana. Pilihan-pilihan tersebut akhirnya jatuh pada pilihan terakhir setelah beberapa pekerjaan yang digeluti mulai dari usaha pembibitan tanaman, berdagang dan mengajar pada beberapa sekolah. Mulai dari TK hingga  SMA. Kondisi yang fluktuatif apalagi setelah menikah dan mempunyai beberapa orang anak. Dan dari kondisi itulah akhirnya harus memilih terutama pada masa pandemic COVID 19 menerpa dunia.  Pada kondisi itu, otomatis banyak hal tidak bisa berjalan dengan baik.  Bisnis kue donat yang kami rintis harus terhenti pada masa itu. Namun sang istri kembali menyarankan agar sebaiknya saya kembali mengajar. Walhasil, kembali mengajar pada SMPIT wahdah Islamiyah Gowa.  Di tempat tersebut begitu banyak pelajaran dan hikmah kehidupan yang bisa di petik. Dengan kebersamaan yang terjalin dalam ukhuwah  yang saling kuat menguatkan dan nasihat menasihat baik sebagai seorang guru maupun teman.  Qadarullah menjadi guru. Berkat doa dari Ibu,istri, keluarga dan handai taulan lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun