Kondisi ini ibarat jalan buntu struktural: rakyat tidak diberi ruang untuk hidup layak, tapi juga tidak boleh berusaha dengan caranya sendiri.
3. Bansos: Salah Sasaran dan Disalahgunakan
Bansos, salah sasaran. Bahkan banyak dokter yang ikut bansos dan banyak juga digunakan para penjudi online.
Kalimat ini menyentil dua persoalan serius:
Salah sasaran orang yang seharusnya tidak berhak justru dapat bansos. Fenomena "orang kaya dapat bantuan" bukan hal baru. Kadang karena data kependudukan berantakan, kadang karena adanya nepotisme lokal.
Penyalahgunaan bantuan sosial (bansos) masih menjadi masalah serius. Uang yang seharusnya dipakai untuk membantu rakyat miskin, justru kerap disalahgunakan, bahkan ada yang digunakan untuk judi online. Ironinya, bansos yang diniatkan sebagai penolong masyarakat kecil malah menjadi bahan bakar bagi perilaku konsumtif dan merusak bagi masyarakat yang punya akses.
Praktik semacam ini sudah berlangsung puluhan tahun. Seharusnya aparat pemerintah cepat tanggap terhadap keluhan masyarakat, memperbaiki sistem, serta melakukan pemeriksaan data secara menyeluruh. Mekanisme penentuan penerima bansos pun wajib dikaji ulang.
Jangan hanya mengandalkan rekomendasi dari desa, karena di lapangan sering terjadi kolusi. Ada bansos yang hanya diberikan kepada kalangan tertentu, bahkan tidak jarang diselewengkan oleh oknum kepala daerah. Minimnya pengawasan dan penyelidikan membuat program bansos sangat rawan disalahgunakan.
Masalah ini bukan sekadar teknis distribusi, melainkan soal integritas dan keadilan sosial. Bansos yang salah sasaran bisa menimbulkan iri sosial, bahkan konflik horizontal.
4. Hukum Tumpul ke Atas, Tajam ke Bawah
Tindakan hukumnya tidak ada. Judi online juga sangat marak. Bahkan promosinya di media sosial sangat marak, malahan cenderung tidak beretika dan berbohong. Apakah budaya Indonesia seperti itu sebenarnya?