Memasuki tahun 2025, dunia teknologi menghadapi titik balik yang cukup signifikan. Microsoft telah mengumumkan bahwa dukungan resmi untuk Windows 10 akan dihentikan pada Oktober 2025.
Bagi banyak pengguna rumahan dan sekolah yang masih memakai PC lawas, ini berarti perangkat mereka tidak bisa diupgrade ke Windows 11 karena syarat hardware yang semakin tinggi.
Dalam konteks ini, peluang bagi sistem operasi alternatif, terutama Linux, mulai terbuka lebar. Skenario migrasi ini, jika dilihat dari berbagai perspektif, mengandung implikasi teknologi, ekonomi, hingga sosial yang menarik untuk dianalisis.
Tahun 2025--2027: Awal Migrasi
Pada fase awal ini, dampak perubahan terlihat terutama pada pengguna rumahan dan perangkat lawas. Banyak PC yang sebelumnya cukup menjalankan Windows 10, kini menghadapi dilema: tetap memakai sistem operasi yang tidak lagi mendapatkan patch keamanan, atau mencari alternatif.
Di sinilah Linux, dengan berbagai distribusi populer seperti Ubuntu, Mint, dan Zorin, mulai diminati. Sistem operasi ini gratis, ringan, dan bisa dijalankan di hardware lawas yang tidak memenuhi spesifikasi Windows 11.
Dari sisi teknologi, developer mulai menyesuaikan software mereka agar kompatibel dengan Linux. Aplikasi populer seperti pengolah dokumen, browser, hingga software desain tertentu mulai tersedia dalam versi multiplatform.
Hal ini menandai sebuah pergeseran awal dalam ekosistem software, yang sebelumnya sangat tergantung pada Windows. Dari sudut pandang bisnis, dampak ini masih terbatas: pangsa pasar Windows di sektor rumahan mungkin hanya turun 2--5%, sementara dominasi Microsoft di ranah enterprise tetap kokoh.
Banyak perusahaan besar masih bergantung pada ekosistem Windows untuk software bisnis, keamanan, dan dukungan teknis.
Namun, fase awal ini sudah memberikan sinyal penting. Perubahan perlahan terjadi di pinggiran pasar, dan sejarah menunjukkan bahwa gerakan kecil di awal sering menjadi gelombang besar di kemudian hari, seperti yang terjadi pada kasus Kodak dan Nokia.