Pandemi Global Covid-19
COVID-19 adalah nama resmi dari virus Corona oleh WHO, yang berarti coronavirus disease that was discovered in 2019. Artinya, penyakit virus corona yang ditemukan pada tahun 2019 (https://www.wartaekonomi.co.id/).
Virus ini terkenal bukan saja karena penyebarannya yang cepat dan mematikan, tetapi juga karena dampaknya terhadap perekonomian global. Begitu banyak perusahaan merumahkan karyawannya, guru-guru honor tidak berpenghasilan karena sekolah tutup, tempat-tempat les sepi, banyak caf dan Mall ditutup, sampai beribadah pun dianjurkan dilaksanakan di rumah saja.
Saat ini banyak orang kehilangan pekerjaan dan penghasilan, sehingga harus berjuang agar tetap  bertahan hidup. Demikian juga halnya kami sekeluarga yang notabene bukanlah pegawai negeri maupun pegawai swasta, tentu saja harus bijak dalam mengelola semua potensi yang ada agar tetap bisa survive.
Masyarakat pun harus aware, bahwa beberapa bulan ke depan warga dunia dan juga Indonesia sebagai bagian masyarakat global bisa saja kekurangan pangan, karena produksi pangan dunia menurun terdampak Covid-19. Kondisi begini sangatlah berbahaya jika tidak bijak dalam mengelola keuangan, agar mampu bertahan dalam menghadapinya. Sementara itu menurut prediksi beberapa pengamat, pandemi Corona di Indonesia belumlah sampai pada puncaknya. Maka masyarakat Indonesia harus bijak dalam melakukan segala sesuatunya yang berkaitan dengan sistem keuangan dan ekonomi, agar Makroprudensial Aman Terjaga.
Situasi Keuangan Keluarga    Â
Sebenarnya sejak selesai kuliah, saya sudah beberapa kali melamar menjadi ASN tapi tidak pernah lulus, sampai akhirnya batasan umur terlewati. Kemudian untuk bertahan hidup, saya pernah menekuni berbagai pekerjaan seperti sales buku-buku kiat belajar Bahasa Inggris, alat elektronik dan rumah tangga, dan asuransi jiwa. Pernah juga memberi les Bahasa Inggris dan menjadi guru honor di SLTA. Selain itu juga pernah bekerja di perusahaan plywood, perkebunan sawit, perkebunan karet unggul, anggota LSM, tukang service hardware dan software komputer, sebagai penulis buku dan novel, dan terakhir menjadi anggota KPU tingkat kabupaten.
Setelah tidak bisa lagi menjadi anggota KPU kabupaten karena terbentur aturan, saya membuka sebuah usaha warung kopi di depan rumah sambil berjualan sembako yang dilengkapi dengan Wi-Fi.  Letaknya tepat berhadapan langsung dengan sebuah rumah sakit swasta. Tetapi baru berjalan beberapa bulan, pandemi Covid-19 pun datang. Sehingga terpaksa usaha itu kami tutup, khawatir dengan pelanggan  yang OTG.
Upaya Untuk Bertahan Hidup
Setelah purna tugas sebagai anggota KPU kabupaten, saya telah berupaya melamar sebagai dosen ke sebuah perguruan tinggi swasta, melamar menjadi tutor di UT, dan juga ke beberapa SMA swasta sebagai guru honor. Tapi karena mungkin semua lembaga pendidikan ditutup terdampak pandemi ini, sehingga tidak ada yang merespon lamaran saya.
Menyadari tidak adanya penghasilan, saya telah melakukan berbagai upaya lainnya untuk mengatasinya. Pertama-tama melaporkan diri ke ketua RT dan Desa. Tapi menurut ketua RT, banyak sekali persyaratannya agar masyarakat bisa mendapatkan bantuan. Salah satunya rumah pengajunya harus berlantai papan dan berdinding papan. Sementara rumah saya berlantai ubin, berdinding semen, dan beratap seng. Padahal seharusnya setiap orang yang usahanya terdampak Covid-19, pantas mendapatkan bantuan dari Pemerintah. Â