Mohon tunggu...
Widianto.H Didiet
Widianto.H Didiet Mohon Tunggu... Pria Tampan Pencari Cinta

Seorang pecinta seni yang mencari makan dari dunia kreatif, suka jalan jalan selama tidak menyusahkan dan tentunya sangat menikmati Wisata Kuliner sebagai kebutuhan wajib yang tidak bisa ditinggalkan. Aktif di dunia fotografi sebagai praktisi, hobi dan sekaligus pengisi pundi pundi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Roro Mendut, Pelopor Wanita Perokok

2 Juni 2010   02:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:48 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

[caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="Roro Mendut, sebuah kisah tentang Rokok"][/caption] Kali ini aku akan menceritakan tentang wanita perokok diantara berbagai tulisan yang mendiskreditkan wanita perokok yang terlihat selama ini, dimana sering dikatakan wanita perokok itu seram, murahan, nakal, tidak berotak dan sejenisnya. Tapi tahukah Kompasianer bahwa ada sebuah kisah sejarah yang menceritakan bahwa wanita perokok di nusantara itu bukan terjadi baru baru ini saja. Adapun Roro Mendut, seorang wanita cantik yang hidup pada masa lalu di kerajaan Mataram pada era Sultan Agung berkuasa (sekitar abad 17). Roro Mendut diasuh oleh Adipati Pati (dulu namanya Pesantenan dan sekarang terkenal sebagai penghasil santan yang terkenal dan juga penghasil dawet, minuman khas Jawa yang menggunakan cendol dan santan). Pati sendiri adalah sebuah kadipaten kecil yang belum ditaklukan oleh Mataram. Sultan Agung ketika menjabat raja Mataram, juga hendak menguasai kerajaan-kerajaan kecil yang masih bertebaran di pulau Jawa, termasuk mencaplok Pati sebagai salah satu kerajaan kecil di pesisir utara. Politik yang dijalankan oleh Sultan Agung, jika tak perlu berperang, kenapa harus perang. Maka dijalankanlah usaha persaudaraan dengan perkawinan. Diutuslah Tumenggung Wiraguna untuk menaklukkan Pati. Setibanya rombongan Mataram di Pati dan bertemu dengan Adipati. Melihat besarnya kekuatan Mataran, Pati akhirnya sepakat mengakui kekuasaan Mataram. Sebagai tanda taklukan, Adipati menyerahkan gadisnya kepada Tumenggung Wiraguna. Dipilihlah gadis asuhnya, Mendut untuk dijodohkan dengan Tumenggung Wiraguna. Roro Mendut menolak karena sebetulnya dia telah mempunyai tambatan hati, seorang pemuda yang bernama Panacitra. Mereka menyembunyikan hubungan mereka ini dari Tumenggung Wiraguna. Backstreet istilahnya kalau jaman sekarang. Tumenggung Wiraguna yang sakit hati karena ditolak pun lalu murka dan menerapkan pajak yang sangat besar untuk Pati. Dimana pajak itu tidak mungkin dapat dikumpulkan dengan mudah oleh sebuah daerah yang kecil seperti Pati tersebut. Nah, karena kepepet dengan keadaan, naluri dagang Roro Mendut terpacu. Dia lantas melakukan survey, dari surveynya ini dia melihat bahwa banyak kaum bangsawan yang merokok. Lalu dia mendapat ilham untuk menjual rokok lintingannya, dimana dia menggunakan bibirnya untuk melekatkan kertas rokok dan juga membakarnya. Rokok bekas hisapannya ini lalu dijual dengan harga mahal, karena para bangsawan sangat terpukau dengan kecantikan dan pesona Roro Mendut. Karena survey yang tepat (bukan hasil googling semata), rokok lintingan dan bekas sedotan Roro Mendut ini laris manis. Dana yang masuk pun sangat besar (seperti cukai rokok yang masuk ke negara Indonesia ) dan digunakan sebagai pembayaran pajak kepada Tumenggung Wiraguna. Namun, Tumenggung Wiraguna yang masih kecewa dan sakit hati, terus memata-matai Roro Mendut. Akhirnya rahasia percintaan Roro Mendut dan Panacitra terbuka. Tumenggung Wiraguna murka dan membunuh Panacitra dengan sebilah keris. Roro Mendut yang melihat kekasih hatinya meregang nyawa meratap dan bersumpah bahwa Wiraguna tak akan mendapat dirinya dalam keadaan hidup. Roro Mendut mengambil keris yang menancap di dada Panacitra dan menggunakannya untuk membunuh dirinya.. Cerita tentang Roro Mendut ini merupakan cerita legenda yang beredar di Indonesia. Dimana menggambarkan telah dikenalnya potensi perempuan dalam pemasaran, bahkan di zaman kerajaan Jawa abad ke-17. Di samping itu, penolakan Roro Mendut diperistri oleh Tumenggung Wiraguna yang notabene adalah seseorang yang kaya dan berkuasa, memperlihatkan adanya sifat kemandirian perempuan Nusantara yang telah ada, walaupun tidak umum, pada saat babad tersebut ditulis. Dari cerita diatas, bisa disimpulkan bahwa wanita perokok tidaklah selamanya wanita nakal atau seram tapi wanita yang mandiri dan mempunyai visi kedepan dan juga... wanita yang setia.... _______________________ (salah satu cerita yang sering diceritakan nenekku dulu) *diceritakan ulang dengan bantuan dari berbagai sumber [caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="Semakin disedot, semakin mahal"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="Kecantikan Wanita Perokok Masa Lampau"][/caption] Foto dibuat khusus untuk ilustrasi cerita ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun