Mohon tunggu...
Melyusti Setiawan
Melyusti Setiawan Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa di Universitas Kanjuruhan Malang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Karakter dan Kriminilitas dalam Ranah Multikulturalisme

12 Juni 2013   02:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:10 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pendidikan karakter bagi penerus bangsa adalah suatu acuan yang membutuhkan suatu tindakan yang logis untuk dapat membentuk karakteristik yang bisa dibangggakan. Pemuda dianggap sebagai agen of change, agen of  sosial control dan sebagai agen of struggle. Sebagai cerminan karakter bangsa, pemuda menjadi tolok ukur utama akan kemajuan suatu bangsa itu sendiri. Sebab, kepribadian bangsa dilihat dari ketokohan pemuda dan pemimpinnya.

Indonesia adalah negara yang secara kuantitas pemudanya  berada pada jumlah yang tinggi. Namun hal ini menjadi suatu masalah, ketika melihat jumlah kriminalitas yang tinggi sebagian besar disebabkan oleh pemuda.Bertambahnya tindakan kriminal dikalangan pemuda disebabkan karena kurangnya penerapan Pendidikan Karakter sejak dini. Oleh karena pemuda adalah harapan masa depan bangsa, maka pendidikan karakter amatlah penting dan bukanlah suatu “slogan kosong tanpa maknayang mengelabui perhatian arwah – arwah para Founding Father pendiri negara Indonesia tercinta ini. Begitulah setidaknya kalimat yang harus dilontarkan agar para pendahulu yang selalu menaruh harapan besar pada kehidupan dan masa depan bangsa mendapatkan suatu ketenangan dialam baka ketika melihat kesejahteraan negaranya karena minimnya Tindakan kriminal dikalangan pemuda.

Tindakan kriminalitas dikalangan pemuda semakin memerosotkan nilai-nilai kepribadian bangsa. Di satu sisi pemuda bagi bangsa Indonesia adalah harta kekayaan yang tak ternilai, dimana pemuda adalah pewaris pemimpin dan penerus masa depan bangsa. Tetapi disisi yang lain, pemuda justru terjebak dalam paradigma hedonisme dan kesenangan tak bermoral  yang menurunkan martabat bangsa karena kurangnya wawasan akan pemahaman tentang pentingnya Pendidikan Karakter.

Berbicara tentang pemuda, rasanya tidaklah jauh dari kehidupan pelajar, mahasiswa, serta gerakan organisasi-organisasi kepemudaan. Sebagai agen of change, pemuda secara umum mempengaruhi karakter bangsa. Sehingga jika pemudanya dipandang sebelah mata dan tedak diberi pendidikan karakter sejak dini, maka kecil kemungkinannya untuk menjadi bangsa yang maju dan bermartabat.

Rendahnya penerapan Pendidikan Karaktermenjadi salah satu pemicuterjadinya kesalahpahaman antarpemuda. Apalagi mahasiswa menjadi miskin akan wawasan oleh sedikitnya pemahamantentang budaya saling menghargai akan perbedaan. Hal ini tentu menjadi sebuah permasalahan yang memprihatinkan.

Pemuda sebagai calon pemimpin bangsa, sepantasnyatidak hanya menghargai perbedaanketika berada dalam jalinan asmara dengan satu pihak yang berbeda latarbelakang agama, suku, etnis, dan sebagainya. Jika kita menghargai perbedaan hanya karena hubungan asmara maka hal inilah yang akan menjadi pemicu kemunduran semangat untuk menuju perubahan yang nyata dalam hal penghargaan akan Multikultural itu sendiri.

Sebagai mahasiswa ataukaum yang berintelektual tinggi tidak mengindahkan budaya menghargai akan perbedaan, maka mau jadi apa bangsa ini kedepan ?.Mahasiswa sebagai pelaku intelektual juga terjebak pada budaya pragmatisme dan enggan berbudaya intelektual dalam pemahaman akan menghargai perbedaan itu, maka mau dibawa kemana bangsa ini ?. Sedangkan hal apapun yang mereka bicarakan di kampus hampir tak menentu arahnya apalagi yang dilakukannya. Jika penggunaan bahasa dalam kesehariannya hanya manggunakan bahasa ibu dan tidak menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar maka apa arti dari menghargai perbedaan dalam khasana Multikultural itu sendiri ? apakah Multikultural itu hanyalah sebagai “Slogan kosong” yang tanpa arti ? Padahal pendidikan bahasa indonesia sudah didapat sejak dibangku Sekolah dasar. Sudah sampai dimana pemahaman tentang isi “sumpah Pemuda” ?

Sudah menjadi tugas pokok elemen-elemen terdidik bangsa seperti siswa, guru, dosen, danmahasiswa untuk menerapkan arti dari Multikultural itu. Bukan maksud untuk menciptakan isu dan memprovokasi, tetapi melihat pada kenyataan  yang ada, bahwa kita akan menghargai perbedaan jika ada kepentingan. Pentingkah menghargai perbedaan.

Harapku Pendidikan Karakter tetaplah menjadi jalan utama untuk membuat bangsa ini semakin mencerminkan ke-Bhineka Tunggal Ika-an dalam naungan “Pancasila”. Tugas kita membuat sejarah baru bagi bangsa ini demi terwujudnya masyarakat Indonesia yang memahami akan makna Multikulturalisme dalam naungan “Bhineka Tunggal Ika”.

Melyusti Setiawan Kabkole

Mohon pendapatnya.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun