Aku sedang bersandar di kepala ranjang ketika mendengar ayam-ayam unjuk suara. Kuperhatikan waktu baru menunjuk pukul 5. Aku pun mengerjapkan mata. Astaga, ngantuk sekali rasanya!
Setelah kenyang menyantap sahur dan menjalankan salat, mataku masih saja ingin saling merekat. Lalu, aku menggeleng-gelengkan kepala ketika penglihatanku memburam. Tidak, aku tidak bisa tidur sekarang.
Aku hampir saja menguap sebelum mamaku mendorong pelan bahu kiriku.
"Hayo, nggak boleh tidur!" Seruan mama berhasil membuatku membuka mata lebar-lebar.
Aku menoleh ke arah mama, menatap penuh protes dan tanpa suara.
"Bentar lagi jam tujuh, nanti ikut mama, ya." Ketika kutanyai, jawabannya, "Senam."
Aku melongo beberapa saat. Yang benar saja! Itu kan kegiatan rutin untuk ibu-ibu di kompleks rumahku.
Langsung saja aku menolak. Aku kan tidak berani jika hanya aku sendiri yang paling muda di antara wanita paruh baya. Mamaku mengomel, harusnya aku tidak perlu malu, terlebih ini untuk kesehatanku juga. Namun, aku tetap tidak mau. Sebenarnya karena aku malas saja melakukannya.
Setelah itu, mamaku tidak lagi memaksa. Kami pun mulai berbagi tugas untuk melakukan pekerjaan rumah tangga. Dengan kantuk yang masih tersisa, aku terpaksa angkat kaki dari ranjang yang empuk ini.
Selesai mengerjakan pekerjaan domestik, aku pun menyalakan laptop dan mulai mengetik. Di waktu menjelang pukul 7 itu, mamaku sudah siap dengan kaos dan sepatu untuk berolahraga. Mamaku sempat mengajakku sekali lagi, tetapi gelengan kuatku membuatnya segera pergi.
Sepeninggal mama, aku menghentikan gerak jariku di atas papan tuts. Kualihkan pandangan ke jendela dan melihat betapa terang sinar matahari kala itu, tidak seperti biasanya yang sinarnya seperti dilahap awan yang pekat.