Masyarakat Indonesia gemar sekali makan makanan selingan. Gorengan menjadi salah satu makanan yan tidak bisa lepas dari kehidupan sehari-hari. Selain memiliki rasa yang gurih gorengan sangat cocok untuk dijadikan sebagai makanan selagi bersantai dan berkumpul dengan keluarga. Selain gorengan ada juga makanan yang memiliki rasa yang manis yang menjadi salah satu kegemaran bagi para remaja. Banyak makanan kekinian yang menarik untuk dic0ba. Akan tetapi makanan tersebut memiliki rasa yang sangat manis. Kegemaran memakan gorengan dan memakan makanan yang memiliki cita rasa yang manis ini dapat menyebabkan risiko penyakit diabetes mellitus pada remaja. Minyak dari penggorengan yang digunakan secara terus menerus akan menjadi salah satu pemicu penyakit ini.
Pada tahun 2019, International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan bahwasannya sedikitnya 463 juta orang dengan rentang usia 20-79 tahun menderita penyakit diabetes atau setara dengan angka prevalensi 9,3% dari penduduk dengan usia yang sama. International Diabetes Federation pada tahun 2017 juga memperkirakan bahwasannya Indonesia menduduki peringkat ke-6 dengan penyandang diabetes dari rentang usia 20-79 tahun dan akan diperkirakan meningkat di tahun 2045.
Diabetes Mellitus merupakan penyakit yang terjadi karena pankreas tidak dapat memproduksi insulin yang cukup untuk tubuh atau kondisi dalam tubuh dimana tubuh tidak dapat mempergunakan insulin secara efektif. Terdapat dua jenis tipe pada diabetes yaitu diabetes mellitus tipe 1 dan tipe 2. Diabetes mellitus tipe 1 bisa disebut juga dengan insulin dependan yang dapat ditandai dengan kurangnya produksi insulin. Sedangkan tipe 2 disebut juga dengan non insulin dependant yang disebabkan kurang efektifnya penggunaan insulin dalam tubuh.Â
Penyakit diabetes ini disebabkan oleh pola makan yang tidak sehat yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan karbohidrat dan zat lain yang ada dalam tubuh yang berakibat tingginya kadar gula hingga melebihi kapasitas  kerja pankreas. Selain itu, konsumsi makananan cepat saji dengan frekuensi 3 kali dalam seminggu memiliki presentase tertinggi 61,5% dibanding responden yang mengkonsumsi kurang dari 1 kali dalam seminggu.Â
Tingginya presentase konsumsi makanan cepat saji ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan perkotaan yang lebih maju dibandingkan dengan area pedesaan sehingga gaya hidup yang modern dan banyak makanan cepat saji membuat pola hidup menjadi tidak sehat.Â
Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit diabetes mellitus yang dapat dilakukan antara lain yaitu:
1. Mengatur pola makan
pola makann yangtidak sehat dapat menjadi salah satu pemicu terkena penyakit ini. Pengaturan pola makan juga disesuaikan dengan kebutuhan kalori dalam tubuh. Pengaturan pola makan ini dilakukan agar tercapai berat badan ideal dan gula darah dapat terkontrol.
2. Melakukan Aktivitas Fisik
Kegiatan fisik dapat dilakukan selama 30 menit/hari atau 150 menit/minggu tergantung dengan kemampuan tubuh.
3. Tatalaksana/Terapi Farmakologi
Terapi ini harus mengikuti anjuran dokter. Selain itu, pemantauan kadar gula secara berkala harus dilakukan agar dapat dilakukan pengontrolan kadar gula.
4. Pelibatan peran keluarga
Keluarga memiliki pengaruh yang penting dalam upaya ini. Support dari keluarga sangat membaru penyandang diabetes untuk rutin menjaga pola makan agar tetap sehat dan patuh dalam mengkonsumsi obat.Â
Sekian informasi yang dapat saya sampaikan semoga dapat memberikan manfaat bagi kita semuanya. Terima Kasih..
Referensi:
Sri Sahayati. 2019. Fakyor Risiko Kemungkinan Timbulnya Diabetes Melitus Pada Remaja Di Kabupaten Sleman (Skoring Dm Â
   Menggunakan Findrisc. (Jurnal Forum Ilmiah, Volume 4, Nomor 2). Universitas Respati Yogyakarta.
Made K. Murtiningsih, dkk. 2019. Gaya Hidup Sebagai Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2. Universitas Sam Ratulangi.
Novi Ayuwardani, dkk. 2018. Pengaruh Pola Makan Terhadap Kadar Malondialdehid Plasma Sebagai Upaya Pencegahan
   Diabetes Mellitus Di Usia Remaja. (Jurnal Keperawatan). STIKES Bhakti Husada Mulia.