Mohon tunggu...
Melinapujati
Melinapujati Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Seberapa Pentingkah Menghargai Perbedaan SARA?

2 Maret 2018   09:53 Diperbarui: 2 Maret 2018   10:14 856
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: edi-agus.blogspot.com

Suku, agama, ras dan antar golongan atau yang biasa disebut SARA masih menjadi permasalahan utama yang sering kita jumpai di setiap aspek kehidupan kita. "SARA" sudah tidak asing lagi di telinga kita karena masih sering kita menemukan kasus-kasus tindakan kriminal yang berhubungan dengan perbedaan suku, ras dan agama.

Belum lagi perbedaan yang kadang terlihat seperti tidak samanya pelayanan atau hak yang didapatkan untuk orang-orang minoritas. Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, ras dan agama. Hal itulah yang membuat Indonesia beda dari yang lain dan kita harus menjaga persatuan dan kesatuan sesuai dengan namanya yaitu NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).

Ada beberapa hal yang dapat memperburuk permasalahan SARA, salah satunya adalah media. Media sosial seperti Facebook dan Twitter memiliki pengaruh yang cukup besar dalam mempopulerkan sebuah berita. Perlu adanya sikap bijak ketika menggunakan media sosial agar tidak memancing hal-hal yang kemudian menyulut ke SARA.

Adanya kesalahpahaman dalam melihat sebuah kebenaran juga bisa menyebabkan pelanggaran SARA mudah sekali muncul. Disinilah pentingnya peran media massa untuk tidak semakin memperuncing permasalahan, tetapi justru mengklarifikasi kebenaran berdasarkan data dan fakta yang ada.

Sebaiknya masyarakat bersikap bijak dalam menilai sebuah informasi atau berita yang diterima dan dilihat. Kita perlu lebih teliti untuk membedakan mana berita yang valid atau justru hanya hoax belaka. Menjaga perdamaian antar golongan, ras, dan agama tentunya bukan hanya tugas segelintir orang yang berkecimpung di dalam media massa, entah itu penulis, fotografer, reporter, ataupun lainnya. Tapi juga tugas seluruh masyarakat Indonesia.

Lalu bagaimana cara agar kita tidak mudah terjebak dan percaya pada isu SARA yang sengaja dihembuskan oleh pihak-pihak yang mementingkan kepentingannya sendiri atau menginginkan pertikaian? Mungkin ketika isu SARA itu berhembus, kita perlu kembali memikirkan kembali makna dari pancasila yang selama ini menjadi dasar negara kita.

Jika kita telusuri kembali, ada beberapa konflik SARA yang paling mengejutkan yang pernah terjadi di Indonesia. Yang paling berbekas adalah peristiwa penembakan mahasiswa Trisakti pada tahun 1998 dan menewaskan empat mahasiswa Trisakti. Akibatnya, keesokan harinya Jakarta dipenuhi oleh lautan aksi massa yang terjadi di beberapa titik.

Penjarahan dan pembakaran pun tak dapat dihindarkan. Serta krisis moneter berkepanjangan di tahun 1998 yang melumpuhkan seluruh persendian ekonomi dalam negeri. Kerusuhan yang terjadi malah menular pada konflik antar etnis pribumi dan etnis Tionghoa. Saat itu, banyak aset milik etnis Tionghoa dijarah dan juga dibakar oleh massa yang kalap. Massa pribumi juga melakukan tindak kekerasan dan pelecehan seksual terhadap para wanita dari etnis Tionghoa kala itu.

Dengan banyaknya kasus yang terjadi, hal ini bisa memperingatkan seluruh masyarakat bahwa pentingnya menjaga keutuhan dan persatuan negara kita agar tidak menimbulkan kekacauan. Selalu berpikir positif dengan berita yang kita terima atau lihat, jangan langsung menyimpulkan sendiri segala sesuatu tanpa tahu kebenarannya. Tetap menghormati sesama walau berbeda agama, suku atau ras.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun