Mohon tunggu...
Meliana Aryuni
Meliana Aryuni Mohon Tunggu... Penulis pemula yang ingin banyak tahu tentang kepenulisan.

Mampir ke blog saya melianaaryuni.web.id atau https://melianaaryuni.wordpress.com dengan label 'Pribadi untuk Semua' 🤗

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Gajah dan Konservasi Lingkungan di Desa Mekar Sari

30 September 2025   17:19 Diperbarui: 1 Oktober 2025   13:22 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto hutan desa Mekar Sari (dokpri)

Kisah ini adalah kisah yang saya dengar dari penggiat alam dan beberapa saksi tentang keberadaan gajah Sumatera di Desa Mekar Sari Kecamatan Warkuk Ranau Selatan, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Provinsi Sumatra Selatan. Kisah yang saya dengar ketika saya berada di sana. Kisah yang menggugah dari bapak Akromi,C. Z.Hi. SH.MH, seorang polisi hutan di sana. 

Geografis Desa Mekar Sari

Seperti bunga, desa ini adalah pemekaran dari desa Gunung Raya. Batas wilayah Mekar Sari sebelah timur adalah desa Gunung Raya; sebelah selatan hutan suaka marga satwa Resort Gunung Raya; sebelah barat berbatasan dengan desa Bedeng Tiga; dan sebelah utara berbatasan dengan hutan suaka marga satwa Resort Gunung Raya. 

Awalnya desa ini hanyalah hutan belantara yang dibuka oleh penjajah Belanda untuk perkebunan teh. Mayoritas penduduknya orang Jawa yang didatangkan oleh Belanda untuk menjadi pekerja perkebunan di wilayah Gunung Raya. 

Dusun-dusun di desa Mekar Sari masih menggunakan istilah blok, yaitu istilah petak perkebunan teh pada masa Belanda. Meskipun sudah memiliki nama baru, istilah blok masih akrab bagi masyarakat karena sudah menjadi istilah turun-temurun. Sebagai contoh blok 7 di Pasir Raya dan blok 11 di Pasir Bintang (tempat saya tinggal dulu). 

Di antara peninggalan Belanda adalah jalan poros desa Mekar Sari, penghubung antar desa, jembatan, sistem pengairan, tanaman teh yang masih ada sebagian di kebun warga, serta bekas pemukiman Belanda. Peninggalan-peninggalan tersebut sebagai saksi sejarah sekaligus pelajaran bahwa penjajahan Belanda tidak hanya menyebabkan kesengsaraan rakyat, tetapi ada hikmah positif yang bisa dipelajari. 

Desa Mekar Sari pernah menjadi bagian dari desa teladan, desa terbaik se-Indonesia pada masa orde baru. Dilihat dari tata letak dan kerapian, desa Mekar Sari sudah cukup teratur, drainase yang baik, budaya hidup sehat, dengan jamban pada setiap rumah. Wajar saja karena pada masa presiden Suharto, desa ini sudah dijadikan contoh bagi desa yang lain.  

Desa Pemangku Hutan Marga Satwa

Desa Mekar Sari sebagai desa pemangku hutan marga satwa sekaligus sebagai desa penyangga iklim karena dekat dengan hutan marga satwa Resort Gunung Raya yang merupakan salah satu cagar alam Indonesia. Masyarakat desa Mekar Sari bisa hidup berdampingan dengan alam khususnya hewan-hewan yang dilindungi seperti gajah, beruang, harimau, dan hewan-hewan liar lainnya.  

Kadang hewan-hewan ini masuk ke kebun warga bahkan masuk ke dalam rumah seperti beruang yang suka mengambil gula dan minyak goreng untuk dimakan, monyet memetik buah dan sayuran, babi memakan palawija, dan gajah masuk desa. Jika hewan-hewan tersebut sudah berlebihan dan merusak, maka masyarakat mengusirnya dengan kentungan. Anehnya hewan-hewan itu tahu dan pindah ke tempat lain setelah mendengar bunyi kentungan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun