Mohon tunggu...
Meliana Aryuni
Meliana Aryuni Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis pemula yang ingin banyak tahu tentang kepenulisan.

Mampir ke blog saya melianaaryuni.web.id atau https://melianaaryuni.wordpress.com dengan label 'Pribadi untuk Semua' 🤗

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Benarkah Seorang Ibu Itu Mulia?

17 Desember 2021   21:44 Diperbarui: 17 Desember 2021   21:51 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diambil dari pexels.com

"Ibu yang mulia adalah ibu yang bisa memuliakan dirinya, yang tercermin dari perilaku moral yang baik."

Siapa yang tak kenal dengan sosok seperti malaikat ini? Beliau selalu berada bersama kita sejak kecil hingga sekarang. Beliau yang sangat mengerti kekurangan dan kelebihan kita. Seseorang yang rela bersusah payah, asalkan kita tidak merasakannya.

Ibu, sebutan mulia bagi sosok itu. Meskipun letih dan sulit menjaga kita, beliau tetap melaksanakannya dengan baik. Tugas luar dan dalam rumah yang tak terkira melelahkan, tidak membuatnya meninggalkan kita. Beliau bahkan rela menanggung semuanya.

Ah, tidak semua ibu melakukan hal itu kok? Suara sumbang tentangnya pasti ada. Apalagi diberitakan di televisi banyak kasus ibu yang membuang anaknya atau ibu yang rela menjualbelikan anaknya sendiri. Itu nyata, meskipun tidak banyak.

Wanita seperti itu tetaplah ibu, hanya saja hati dan perasaan mereka telah jauh dari kemuliaan seorang ibu. Salah satu alasan yang sering mereka katakan adalah alasan ekonomi dan perbuatan haram yang telah dilakukan di masa lalu.

Gambar diambil dari pexels.com
Gambar diambil dari pexels.com
Miris, citra seorang ibu menjadi rusak karena oknum wanita yang tidak bertanggung jawab itu. Padahal, ibu sejatinya adalah seorang yang sangat mencintai buah hatinya. Tuntutan ekonomi seakan-akan menjadi dalang untuk membenarkan perbuatannya. Padahal, ketidaksanggupan menanggung malu dan tanggung jawab pada si anak  adalah penyebab utamanya. Psikologis yang terganggu dan tidak mau menanggung beban hidup adalah faktor dominannya.

Wanita itu tahu bahwa tidak mudah menjadi seorang ibu. Setelah semua terjadi, mereka baru sadar bahwa seorang wanita harus memiliki persiapan mental jauh sebelum memiliki anak. Namun, semua terlanjur. Semua sudah terjadi. Penyesalan pun tidak akan mengubah segalanya.

Yang harus dilakukan oleh mereka adalah berbenah diri. Jangan lagi menyakiti diri sendiri atau buah hati. Kesalahan yang telah terjadi jadikan pelajaran untuk lebih baik di masa mendatang.

Wahai wanita, ibu. Kita ini diciptakan karena dibutuhkan. Kebutuhan akan keberadaan seorang wanita itu sangat tinggi, hingga Hawa diciptakan untuk menemani Adam di surga.

Menjadi ibu adalah tugas mulia dan berat. Namun, yakinlah saat keinginan kita untuk berhasil menjalani tugas, semuanya terasa begitu menyenangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun