Yesus pernah berkata, "Lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum daripada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah."Nah disini ada 2 versi untuk lobang jarum, bisa secara harfiah ( kiasan ) tapi bisa juga secara Makna kultural (gerbang "The Needle's Eye") tapi maknanya sama, yaitu susah bagi orang yg bergantung dengan uang dan menuhankan kekayaan dia akan sukara masuk kerajaan Allah.Â
Kalimat ini terdengar sangat tajam dan menakutkan. Seolah-olah Yesus melarang kita untuk menjadi kaya. Tapi, apakah benar begitu?
Hari ini di Sekolah Minggu kami menceritakan tentang seorang pemuda kaya yang datang kepada Yesus. Pemuda itu sebenarnya orang baik. Ia taat kepada hukum Tuhan sejak masa mudanya. Tapi saat Yesus berkata, "Juallah segala milikmu dan berikanlah kepada orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di surga," wajah pemuda itu menjadi muram. Ia sedih, lalu pergi meninggalkan Yesus, sebab hatinya terikat pada harta yang banyak itu.
Dari kisah itu Yesus ingin mengajarkan sesuatu yang sangat penting: bukan kekayaannya yang salah, tapi sikap hatinya terhadap kekayaan. Pemuda itu lebih mencintai hartanya daripada Tuhan. Itulah sebabnya Yesus berkata sukar bagi orang kaya masuk Kerajaan Allah --- bukan karena uang itu jahat, tapi karena uang bisa menjadi berhala yang menggantikan Tuhan di hati seseorang.
Di zaman sekarang banyak orang berlomba-lomba menjadi kaya. Bahkan ada yang berpikir kalau seseorang kaya berarti dia diberkati Tuhan, sedangkan kalau miskin berarti tidak diberkati. Saya kurang setuju dengan pandangan itu. Tuhan bisa memberkati siapa saja, kaya atau miskin, selama hatinya benar di hadapan-Nya.
Ketika saya bertanya kepada anak-anak Sekolah Minggu, "Siapa yang mau jadi kaya?" beberapa langsung mengangkat tangan tinggi-tinggi. Ada yang ragu-ragu, ada juga yang tidak mengangkat tangan sama sekali. Tapi jawaban mereka membuat saya tersentuh. Seorang anak berkata, "Saya mau kaya supaya bisa bantu orang susah." Anak yang lain menambahkan, "Kalau kita kaya, kita bisa memberi untuk rumah Tuhan."
Saya kagum. Anak-anak kecil ini sudah memahami maksud firman Tuhan dengan sederhana namun dalam. Mereka tahu bahwa kekayaan seharusnya bukan untuk diri sendiri, tapi untuk berbagi kasih dan menolong orang lain.
Kekayaan sejati bukan diukur dari berapa banyak harta kita, melainkan dari seberapa besar kasih kita dalam memakai harta itu untuk kemuliaan Tuhan. Yesus tidak menentang orang kaya, Ia hanya ingin hati kita tetap melekat kepada-Nya, bukan kepada uang.
Jadi, tidak salah kalau kita ingin berhasil atau hidup cukup. Tapi ingatlah, tujuan kita menjadi kaya bukan untuk kesenangan diri, melainkan agar kita bisa menjadi saluran berkat bagi orang lain.
"Tuhan tidak menilai dari seberapa banyak yang kita punya, tetapi dari seberapa besar kasih kita dalam membagikannya."
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI